Khaidar juga menuturkan, ada ancaman dari terdakwa kepada ibu Imam Masykur jika tidak memberikan uang tebusan yang diminta. "Kalau enggak, maka anak ibu akan saya bunuh dan saya buang," kata salah seorang terdakwa mengancam. Khaidar mengaku mendengar ancaman itu sangat jelas, sebab terdakwa berbicara dengan keras.
Setelah itu, Imam dipindah kembali ke bagasi bersama Khaidar. Imam Masykur, tutur Khaidar, juga sempat mengeluhkan dadanya yang sakit dan menangis. Ibu Imam Masykur sempat menelepon kembali agar diizinkan mengirim uang tebusan itu besok.
Akan tetapi terdakwa tetap mengancam, jika uang tidak dikirim, Imam akan dibunuh dan dibuang.
Tak berselang lama setelah Imam dipindah ke bagasi, Khaidar diminta oleh para penculik untuk mengecek kondisi Imam.
"Mata saya masih ditutup. Tapi saya pegang nadinya, sudah tidak ada. Ketika saya taruh kaki saya ke kaki almarhum, sudah dingin," kata Khaidar.
Setelah diminta cek keadaan Imam, Khaidar kembali dipindah ke jok tengah. Salah seorang terdakwa kembali mengancam Khaidar. "Kamu mau kayak dia?" tanya terdakwa. Khaidar menolak.
Kemudian Khaidar diperintahkan untuk turun dari mobil. Seingat Khaidar, ia diturunkan di pintu keluar tol Mekarsari, Bogor. Khaidar tidak tahu jam berapa Imam meninggal setelah dianiaya di dalam mobil.
Setelah turun dari mobil, Khaidar menjumpai petugas tol yang membantunya keluar.
Setelah penculikan dan penganiayaan itu, Khaidar belum pernah melakukan visum atau diperiksa rumah sakit.
Selain Khaidar, hari ini Oditur Militer juga menghadirkan ibu Imam Masykur, Fauziah beserta adiknya Fakhrurozi dan Said Sulaiman dalam sidang perkara penculikan dan pembunuhan itu.
Pilihan Editor: Jadi Saksi Utama di Sidang Pembunuhan Imam Masykur, Korban yang Selamat dari Penculikan Beri Kesaksiannya