TEMPO.CO, Jakarta - NZ, 52 tahun, asal Lubang Buaya, Jakarta Timur, ditetapkan sebagai tersangka penipuan oleh Polsek Tambora. Ia diduga menipu seorang calon anggota legislatif (caleg) DPRD DKI dengan modus menawari pinjaman dana kampanye tanpa jaminan.
Kepada Tempo, NZ mengklaim tidak tahu jika tawarannya soal pinjaman dana kampanye untuk caleg dengan syarat pembelian koper merupakan penipuan.
Baca Juga:
Ia mengklaim awalnya diajak bergabung untuk mencari caleg-caleg yang membutuhkan pinjaman dana kampanye dari rekan sesama relawan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 yang bernama Irfan.
“Saya sejak 2014 dulu kenal mas Irfan dia minta bantuan pencairan BPJS-nya,” ucap dia di Polsek Tambora, Rabu, 15 November 2023.
Setelah lama tidak bertemu, NZ berjumpa kembali dengan Irfan di salah satu acara. Dia ditawari bergabung mencari caleg yang membutuhkan modal untuk kampanye dengan keuntungan yang ditawarkan 15 persen dari pinjaman yang diajukan.
Pinjaman yang ditawarkan, yakni untuk caleg DPRD bisa meminjam maksimal Rp 30 Miliar, caleg DPR RI maksimal Rp 50 Miliar, Calon Bupati atau Wali Kota bisa meminjam Rp 60 Miliar.
Syarat mengajukan pinjaman hanya menyerahkan proposal kegiatan kebutuhan anggaran, membeli koper Rp 5 juta untuk wadah uang dan membeli mesin penghitung uang seharga Rp 15 juta.
Para caleg yang tergiur setelah dirayu dan kemudian diundang ke Solo Tiara Hotel untuk diberi semacam seminar atau semacam rayuan agar para caleg itu mau dengan dana yang ditawarkan.
Sekitar September 2023 dilakukan seminar di ruang pertemuan Solo Tiara Hotel selama 3 hari. NZ mengatakan banyak caleg di Indonesia yang datang dalam acara itu. "Setiap pertemuan sekitar 30 caleg. Total ada 70-an caleg," ucap dia.
Korban NZ ada dua orang, yakni M caleg DPRD DKI Jakarta yang dia kenal saat sesama menjadi relawan calon Gubernur DKI Jakarta dan B caleg DPR RI yang dia kenal dari saudaranya.
NZ diduga menghabiskan uang milik M. Awalnya, M menyetor uang Rp 23 juta untuk pembelian koper pinjaman dana kampanye. Uang itu disetorkan NZ ke seseorang bernama Gus Rudi, tapi ditolak.
Penolakan lantaran minimal pembelian koper sebagai syarat meminjam dana untuk caleg DPRD dibanderol Rp35 juta atau 7 koper dan DPR RI minimal Rp75 juta.
NZ mengaku sudah berusaha mengembalikan uang itu kepada M, tapi ditolak lantaran dia masih berkukuh mencari dana pinjaman untuk nyaleg.
Akhirnya, NZ menawari M untuk membeli tiga koper saja, tapi menunggu ada caleg lain yang mencari dana pinjaman kampanye juga.
"Tapi ternyata dia, kan, mungkin tergeser pen-caleg-annya gak jadi gitu ya udah gitu uangnya kepakai pas di Solo sama saya ke Cikarang," tuturnya.
Selain M, ada caleg lain yakni B caleg DPR RI. Menurut NZ, kerugian B lebih banyak mencapai Rp 200 juta. Namun, berbeda dengan M, caleg DPR RI itu bertransaksi langsung dengan sosok Rina, istri Gus Rudi.
Sepengetahuan NZ, caleg B awalnya hanya diminta membayar Rp 75 juta saja. "Saya enggak ngerti ternyata dia dimintain (uang) terus gitu," ucapnya.
NZ menceritakan, B sempat berkomunikasi kepadanya untuk melaporkan sosok Gus Rudi ke kepolisian. Namun, belum sempat membuat laporan NZ lebih dulu dilaporkan oleh M.
Awalnya NZ dibawa ke Polsek Pasar Pondok Gede, tapi laporan itu ditolak karena M merupakan orang Tambora, Jakarta Barat.
Saat ini, NZ ditahan di Polres Jakarta Barat. Dia meminta waktu untuk mengembalikan uang Rp 21 juta milik M.
Sosok-Sosok yang Diduga Terlibat
NZ menuturkan sejumlah pihak diduga terlibat tawaran pinjaman dana kampanye ini. Mereka adalah pasangan suami istri Gus Rudi (asal Yogyakarta) dan Rina (asal Solo) serta orang tuanya Romo Budi (tinggal di Cikarang).
Ada juga orang-orang yang menyiapkan koper, yakni Bambang, Eko, dan Aji (warga asal Jawa Timur). Kemudian, untuk pencari calegnya yakni Nuraini, NZ, dan Irfan.
NZ mengatakan Irfan merupakan warga Jakarta Timur, usianya sekitar 35 tahun. Selain jadi makelar pinjaman dana kampanye sosok Irfan merupakan penjual penyejuk udara atau AC.
Kapolsek Tambora Komisaris Putra Pratama mengatakan pihaknya sudah mengecek mutasi rekening koran NZ. Namun, hanya ditemukan transaksi dengan M saja, sehingga pihaknya sulit melacak sosok-sosok lain.
"Tidak baru (dengan) M doang dan digunakan tarik tunai sebagian besar, jadi tidak ada yang mengalir ke kelompok sindikatnya dan didukung oleh pengakuan dia," ucapnya.
Padahal dari pengakuan NZ, sosok Irfan ini sudah berhasil membawa caleg peminjam dana sekitar 30 orang.
Pilihan Editor: Cerita Penonton Konser Coldplay Jakarta: Salah Satu Pengalaman Terbaik