TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi alias Brigadir RA, polisi yang ditemukan dengan luka tembak di kepala, menjadi misteri. Brigadir RA ditemukan tewas di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan, Kamis, 25 April 2024. Keluarga dan sahabat tak mempercayai motif kematian sosok yang disebut periang itu karena bunuh.
Perkara ini mengingatkan akan kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J yang ramai pada 2022 lalu. Mulanya polisi menyebut Brigadir Yosua tewas karena saling tembak dengan rekannya sendiri. Belakangan terungkap ini adalah kasus pembunuhan berencana yang didalangi atasannya sendiri, Irjen Ferdy Sambo.
Seperti apa kemiripan kasus kematian Brigadir J dan Brigadir RA?
Keluarga dan sahabat curiga Brigadir RA tewas bukan karena bunuh diri
Kepala Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Bintoro mengatakan, Brigadir RA mengalami luka di bagian pelipis kanan dan tembus ke kiri akibat tembakan senjata api. Bahkan, tembakan tersebut tembus hingga ke atap mobil. Dugaan sementara, polisi menyimpulkan Brigadir RA bukan korban penembakan oleh orang lain.
“Dari keterangan saksi, barang bukti, serta digital forensik yang didapatkan, kami menyimpulkan dugaan sementara yang bersangkutan melakukan bunuh diri,” kata Bintoro setelah polisi melakukan olah TKP dan memeriksa 13 saksi serta kamera pengintai (CCTV) untuk mengetahui kronologi kejadian.
Pihak keluarga Brigadir Ridhal Ali Tomi alias Brigadir RA juga merasa curiga atas kematian mendiang. Sepupu Brigadir RA Hizry, meragukan klaim polisi bahwa kerabatnya itu bunuh diri. Bunuh diri umumnya disebabkan oleh depresi atau perasaan tertekan. Sedangkan menurut Hizry, mendiang adalah sosok yang periang. “Dia orangnya periang,” katanya.
Apalagi, kata dia, almarhum mempunyai tiga buah hati yang masih belia. Si sulung berusia 7 tahun, anak tengah 5 tahun, dan bahkan si bungsu baru berumur 3 bulan. “Tidak mungkin dia bunuh diri. Dia punya anak tiga orang,” kata Hizry melalui pesan di Instagram kepada Tempo, Ahad, 28 April 2024. “Dia pulang cuti ke Manado pas anak ketiganya lahir.”
Meski masih kurang percaya, keluarga Brigadir RA di Kalasey, Kecamatan Mandolong, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara telah menerima anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Manado itu tewas bunuh diri. “Mereka belum yakin,” ucap dia.
Kecurigaan bahwa Brigadir RA tewas bukan karena bunuh diri juga diungkapkan sahabatnya, Nasrullah Nawawi. Teman sejak Sekolah Menengah Akhir (SMA) mendiang ini menyatakan ada sejumlah kejanggalan dalam kematian anggota Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Manado, Sulawesi Utara, itu.
“Kami yakin masih banyak bukti dan fakta lain yang bisa ditemukan dan harus diungkap seterang-terangnya,” kata Nasrullah, saat dihubungi pada Ahad, 28 April 2024. Pernyataan itu juga dituangkan melalui akun media sosial bertajuk “Keadilan untuk Almarhum Ridhal”.
Nasrullah, 33 tahun, bersahabat dengan Brigadir RA sejak mereka masuk SMA Negeri 2 Luwuk. Mereka lulus pada 2008. Keduanya berteman akrab sampai lulus. Mereka berpisah ketika Brigadir RA masuk ke Akademi Kepolisian, sementara Nasrullah memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Selama berteman, Brigadir RA dikenal sebagai sosok tidak tertutup.
“Kalau mau cerita soal perempuan, pasti dia curhat ke kami,” kata Nasrullah.
Pria asal Desa Palam, Kecamatan Tinangkung Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah itu juga bukan sosok yang sungkan dan tidak suka memendam masalah. Saat tak punya uang, Brigadir RA muda kerap meminta bantuan meminjam duit Nasrullah. Di lingkungan pertemanannya, ia juga dikenal sebagai sosok periang dan humoris.
Nasrullah menyatakan, pihak keluarga dan sahabat Brigadir RA memohon kepada Kepala Kepolisian RI, Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, dan pemerintah Banggai Kepulauan, membantu mengusut kematian Brigadir RA. Pengusutan kasus itu demi mencari keadilan dugaan bunuh diri Brigadir Ridhal.
Selanjutnya: Kasus Pembunuhan Brigadir J Terungkap karena Kecurigaan Keluarga