Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perlawanan Terakhir Warga Kampung Susun Bayam: Suatu Saat Kami Akan Kembali ke Sini

image-gnews
Ekspresi warga usai adanya pengusiran secara paksa di Rusun Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa, 21 Mei 2024. Direktur Eksekutif Indonesia Resilience Hari Akbar mengatakan bahwa pagi tadi telah terjadi pengusiran secara paksa bahkan menggunakan kekerasan fisik oleh Satpol PP dan Pemerintah Provinsi DKI. Warga Kampung Bayam pun bernegoisasi dengan pihak PT Jakpro, hingga pihak Kepolisian. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Ekspresi warga usai adanya pengusiran secara paksa di Rusun Kampung Bayam, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa, 21 Mei 2024. Direktur Eksekutif Indonesia Resilience Hari Akbar mengatakan bahwa pagi tadi telah terjadi pengusiran secara paksa bahkan menggunakan kekerasan fisik oleh Satpol PP dan Pemerintah Provinsi DKI. Warga Kampung Bayam pun bernegoisasi dengan pihak PT Jakpro, hingga pihak Kepolisian. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang bocah menenteng tiga bola plastik. Anak laki-laki berusia sekitar lima tahun ini masih lalu lalang di gang bangunan Kampung Susun Bayam. Tak ada lampu di area ini. Hanya sepintas cahaya memantul dari bangunan Jakarta International Stadium atau JIS di Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Di bagian lantai satu bangunan itu orang-orang dewasa sibuk menarik barang turun dari lantai dua. Mereka terpaksa angkat kaki dari Kampung Susun Bayam. Termasuk keluarga Elgio, bocah yang duduk di bangku sekolah taman kanak-kanak itu. "Saya, bapak, mama, mau pindah ke huntara (hunian sementara)," kata bocah berambut keriting itu kepada Tempo, Selasa malam, 21 Mei 2024.

Dua belas jam sebelumnya, Selasa pagi sekitar 08.30 WIB, datang sekelompok orang kiriman PT Jakarta Propertindo. Mereka adalah anggota sekuriti bersama seorang pria menenteng toa. "Mereka berteriak minta warga pindah dari Kampung Susun Bayam," kata Neneng Kurniawati, di bangunan yang ditempati eks warga Kampung Bayam itu, Selasa, 21 Mei 2024.

Para petugas ini muncul saat suasana di Kampung Susun Bayam masih hening. Ada yang masih tertidur lelap di bilik mereka di lantai dua. Sementara Neneng tengah menggoreng pisang di wajan. "Saya goreng pisang buat sarapan," tutur dia. Namun suara itu menghentikan tangan Neneng. Ramai-ramai warga turun. Menyusul datangnya suara di halaman bangunan itu.

Menurut Neneng orang yang datang dan mendesak mereka untuk sekitar meninggalkan Kampung Susun Bayam berjumlah sekitar 300 orang. Ada yang berjaga di sisi pagar JIS, ada yang masuk memadati halaman bangunan rumah susun ini. Yang lain menerobos masuk ke dalam bangunan.

Warga tak menyerah. Mereka memagari pintu utama bangunan ini. Di situ, adu fisik bermula. Petugas keamanan itu berusaha mendorong warga. Tapi warga bertahan. Menampik dorongan petugas. Laki maupun perempuan memasangkan badan mereka di lorong selebar 1,5 meter itu.

Tak hanya anggota satuan pengamanan, polisi juga turut beradu fisik di sana. Saat polisi dan sekuriti mundur, Neneng sadar, ibunya tak ada di bangun ini, yang sebelumnya ikut melawan dorongan petugas. Saat itu Neneng panik. "Pada saat itu ibu saya diculik enggak ada yang tahu," ujar dia, menceritakan suasana sekuriti dan polisi merangsek masuk meminta warga minggat.

Saat keriuhan itu kendor, Neneng mendengar orang lain bertanya. "Ada yang tanya ibu saya, 'Mak Nen mana? Mak Nen mana?' Ternyata ada yang lihat dari atas, Mak Nen dibawa, digotong. Di bawa ke mobil bus. Kayak orang di panti jompo," tutur perempuan 45 tahun itu. 

Saat itu Neneng berontak. Dia serta warga lainnya menyeruduk dua bus yang sudah parkir di halaman JIS. Di dalam sebuah bis, tampak Nuriyati, 69 tahun. "Kami gedor-gedor, minta pintu dibuka, dikeluarin. Alhamdulillah dikeluarin," ucap perempuan kelahiran Jakarta, 23 Maret 1980 itu.

Menurut Neneng, saat mereka tengah menghadang polisi dan sekuriti, dan menarik mundur setelah orang kiriman Jakpro itu lengah, ibunya memang tak terlihat lagi di tengah keriuhan. Padahal ibunya, Nuriyati, telah diangkut anggota polisi wanita. "Ternyata ditarik sama seorang Polwan," kata dia, dengan suara meninggi, heran. "Kami juga kecolongan, enggak melihat ibu saya dibawa, padahal lewat sini."

Nuriyati adalah ibu dari Muhammad Furqon. Pria 48 tahun yang gigih mempertahankan Kampung Susun Bayam menjadi tempat tinggal warga setelah rumah mereka di Kampung Bayam digusur untuk mendirikan stadion sepak bola. Belakangan Jakpro, yang menjadi perusahaan pengembang stadion ini, meminta warga supaya meninggalkan kampung susun yang dibangun di era Gubernur DKI Anies Baswedan itu.

Saat Furqon dan warga mempertahankan bangunan tiga lantai itu menjadi tempat tinggal, dia justru diteror. Bahkan diancam dibunuh. Puncaknya dia ditangkap pada 2 April 2024. Ketika sejumlah anggota Kepolisian Resor Jakarta Utara menciduknya di bilik hunian sementara di Jalan Tongkol 10, Pergudangan Kerapu 10, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.

Rusuh di Kampung Susun Bayam membuat penjagaan makin ketat. Belasan anggota satpam ditempatkan di depan jalan masuk, sekitar 300 meter dari rumah susun. Akses masuk jurnalis dan fotografer dihalang. Negosiasi antara wartawan dan petugas alot. Mereka kukuh menolak juru warta meliput rusuh di area itu. 

"Atasan kami di Jakpro bilang jangan ada yang masuk dulu," tutur seorang petugas kepada wartawan. Saat itu suasana sempat memanas. Beberapa wartawan yang datang belakangan menceritakan mereka dicegat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tempo memasuki area Kampung Susun Bayam setelah adu mulut yang alot. Wartawan lain baru masuk saat Sudir, seorang warga Kampung Susun Bayam, menerobos belasan sekuriti. "Biarkan mereka masuk," Sudir berteriak sembari tarik-menarik dengan pasukan keamanan kiriman Jakpro itu.

Sekitar 25 meter dari bangunan rumah susun itu, tampak anggota TNI, polisi, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), satpam, dan petugas kelurahan tengah memadati halaman rumah susun. Ada yang bertengger di halaman JIS. Di sebuah pintu menuju halaman rumah susun, seorang satpam menghadang. Dia menarik pintu yang terhubung dengan pagar JIS, dibentengi petugas lain, menghadang wartawan masuk.

Riuh di lorong pintu masuk mulai redam. Laki-laki, perempuan, orang dewasa, dan anak-anak tampak kelelahan. Mereka duduk melantai di atas karpet biru. Ada yang bersandar kepala dinding, ada yang duduk memandang lepas keluar JIS. Di sisi lain masih ada warga yang terus-menerus berdialog dengan perwakilan Jakpro.

Kepala Kepolisian Sektor Tanjung Priok Komisaris Polisi Nazirwan menolak berkomentar perihal massa yang didatangkan ke Kampung Susun Bayam. Dia juga tak menjawab saat ditanya perihal jaminan keamanan untuk warga. "Kami di sini mendampingi saja," tutur dia saat ditemui di lantai satu rumah susun itu.

Seorang anggota Polres Jakarta Utara dengan pangkat dua bunga melati terpacak di kerah baju tak mau menjelaskan perihal rusuh di Kampung Susun Bayam. Termasuk negosiasi yang akan ditempuh pihak Jakpro dan warga. Saat ditanya soal situasi keamanan, anggota polisi dengan nama Akbar terpasang di dada, menghindar. Dia meminta pertanyaan itu dijawab Nazirwan. "Jangan saya, biar Pak Kapolsek saja," ucap dia.

Seorang pria yang mengaku kuasa hukum dari internal Jakpro, BUMD DKI Jakarta yang ditunjuk mengelola Kampung Susun Bayam di kawasan JIS, menyebut namanya Agus, menolak berkomentar. Dia tak menjawab perihal desakan Jakpro meminta warga angkat kaki dari rumah susun. "Nanti nanti pihak perusahaan saja," tutur dia. 

Namun Agus mewakili Jakpro menandatangani lima poin kesepakatan bersama warga. Kesepakatan ini muncul setelah dialog dengan warga yang disaksikan anggota polisi. Salah satu syarat kesepakatan mereka, warga tinggalkan kampung susun. Tapi Furqon, Ketua Kelompok Petani Kampung Bayam Madani, itu harus dibebaskan dari penjara di Polres Jakarta Utara.

Syahdan, warga Kampung Susun Bayam akhirnya tersingkir lagi. Di dalam kampung susun, anak-anak, lansia, laki-laki, dan perempuan terus mengumandangkan salawat. Siang yang sumuk berganti. Malam pelan-pelan turun. Dan gelap membungkus kampung susun.

Di sebuah tangga berbaris petugas keamanan. Mereka berbondong-bondong menarik kasur, lemari plastik, tas pakaian, kompor, tabung gas, alat masak, turun ke lantai satu. Lalu yang lain mengangkutnya ke atas dua truk yang parkir di pintu depan rumah susun. Warga yang lain telah menunggu di dekat bis. Mereka akan diangkut dan dibawa ke hunian sementara. Hunian sementara merupakan barisan bangunan yang biliknya terbuat dari bambu.

Sementara di halaman JIS, ada beberapa bis parkir. Separuh warga terlihat duduk dalam mobil panjang itu dengan wajah murung. Mereka akan digeser ke hunian sementara. "Kami disuruh naik bis ramai-ramai pulang ke huntara. Kami tetap berjuang, suatu saat kami kembali ke sini lagi," kata Lastri, 53 tahun. 

Di bawah cahaya remang memantul dari bangunan lapangan bola kaki itu, Elgio masih sibuk menyepak bola dengan temannya. Dia berhenti dan memandang ke sudut kanan bagian belakang rumah susun. Di situ ada satu lapangan futsal dengan rumput plastik berwarna hijau. "Saya biasa main bola di situ," ucap Elgio pelan dengan telunjuk menunjuk ke sudut belakang rumah susun.

Pilihan Editor: Rusuh Pengosongan Paksa Kampung Susun Bayam, Jakpro dan Warga Bikin 5 Kesepakatan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cawe-cawe Jokowi di Pilkada Jakarta

1 jam lalu

Cawe-cawe Jokowi di Pilkada Jakarta

Cawe-cawe Jokowi bisa membahayakan demokrasi. Setelah "sukses" membawa anak sulungnya menjadi wakil presiden, kini ia hendak membawa anak bungsunya.


Daftar Partai yang Dukung Anies Baswedan Maju di Pilkada Jakarta 2024, Bagaimana dengan PDIP?

1 jam lalu

Anies Baswedan memberikan sambutan saat bersilaturahmi ke DPW PKB, Jakarta Timur, Kamis, 13 Juni 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Daftar Partai yang Dukung Anies Baswedan Maju di Pilkada Jakarta 2024, Bagaimana dengan PDIP?

PKS, Nasdem, dan PKB mendukung mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan untuk kembali maju di Pilkada Jakarta 2024.


Anies Baswedan Siap Maju di Pilkada Jakarta, Ini Alasannya

1 jam lalu

Anies Baswedan saat menghadiri silaturahmi dan halal bihalal dengan PKL dan warga kampung Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) di Kampung Marlina, Muara Baru, Penjaringan Jakarta Utara pada Ahad, 19 Mei 2024. TEMPO/Intan Setiawanty
Anies Baswedan Siap Maju di Pilkada Jakarta, Ini Alasannya

Saat mengungkapkan alasannya maju lagi di Pilkada Jakarta, Anies Baswedan juga membahas nasib warga Kampung Bayam di Jakarta Utara.


Kata Anies soal Maju Pilkada Jakarta untuk Modal Pilpres 2029: Sekarang Masih Tahun Berapa?

2 jam lalu

Bakal calon gubernur yang diusung PKB Anies Baswedan tiba di kantor DPW PKB Jakarta, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis, 13 Juni 2024. Kunjungan Anies ini tepat sehari setelah PKB Jakarta memutuskan untuk mengusungnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Kata Anies soal Maju Pilkada Jakarta untuk Modal Pilpres 2029: Sekarang Masih Tahun Berapa?

Anies Baswedan, menanggapi penilaian bahwa dirinya maju Pilgub JakartaI 2024 sebagai modal untuk maju di Pilpres 2029.


Anies Baswedan, JK, dan Sandi Nonton Bareng Film Lafran

5 jam lalu

Film Lafran. Facebook
Anies Baswedan, JK, dan Sandi Nonton Bareng Film Lafran

Anies Baswedan, JK, dan Sandiaga Uno nonton bareng film Lafran. Anies dan Sandi duduk berdampingan.


Respons Sejumlah Pihak Soal Duet Anies-Kaesang di Pilkada Jakarta 2024: PDI Menolak, PKB Buka Peluang, Apa Kata Gibran?

6 jam lalu

Anies Baswedan dan Kaesang Pangarep. TEMPO
Respons Sejumlah Pihak Soal Duet Anies-Kaesang di Pilkada Jakarta 2024: PDI Menolak, PKB Buka Peluang, Apa Kata Gibran?

Suara-suara diajukannya Anies-Kaesang di Pilkada Jakarta 2024 terus terdengar. Apa kata PDIP, PKB, dan Gibran?


4 Fakta Buku Gibran The Next President, Penulis Pernah Tulis Buku Wawancara Imajiner Anies Baswedan Presiden 2024

6 jam lalu

Tim penulis buku Ahmad Bahar memperlihatkan buku Gibran The Next President saat peluncuran di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat, 14 Juni 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
4 Fakta Buku Gibran The Next President, Penulis Pernah Tulis Buku Wawancara Imajiner Anies Baswedan Presiden 2024

Penulis buku Ahmad Bahar resmi meluncurkan karya bukunya berjudul Gibran The Next President di Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat, 14 Juni 2024. Berikut fakta-faktanya.


Kans Duet Anies Baswedan-Kaesang di Pilkada Jakarta, PSI: Tunggu Agustus

13 jam lalu

Anies Baswedan dan Kaesang Pangarep. TEMPO
Kans Duet Anies Baswedan-Kaesang di Pilkada Jakarta, PSI: Tunggu Agustus

PSI bakal menjawab peluang duet Anies Baswedan dan Kaesang Pangarep di Pilkada Jakarta, pada Agustus mendatang.


PDIP Sambut Positif Deklarasi Anies Baswedan Maju di Pilgub Jakarta, Bagaimana Peluang Koalisi dengan PKB dan PKS?

14 jam lalu

Anies Baswedan dan Andika Perkasa. FOTO/youtube/Andika Perkasa
PDIP Sambut Positif Deklarasi Anies Baswedan Maju di Pilgub Jakarta, Bagaimana Peluang Koalisi dengan PKB dan PKS?

PDIP menanggapi deklarasi Anies Baswedan secara positif. Buka peluang koalisi dengan PKB dan PKS.


Anies Baswedan Siap Maju di Pilgub Jakarta, Peneliti BRIN Nilai untuk Modal Pilpres 2029

21 jam lalu

Bakal calon gubernur yang diusung PKB Anies Baswedan tiba di kantor DPW PKB Jakarta, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis, 13 Juni 2024. Kunjungan Anies ini tepat sehari setelah PKB Jakarta memutuskan untuk mengusungnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Anies Baswedan Siap Maju di Pilgub Jakarta, Peneliti BRIN Nilai untuk Modal Pilpres 2029

Siti Zuhro berpendapat, jika Anies Baswedan tak muncul ke permukaan, publik bisa saja melupakannya.