TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengusaha dan petani tambak di sekitar Arteri Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, resah seiring masuknya musim penghujan. Apalagi, pada bulan Desember mendatang diperkirakan akan terjadi curah hujan yang tinggi di wilayah Jakarta.
"Bisa-bisa tambak kami banjir dan meluap, akibatnya ikan-ikan dan udang kabur ke sungai," kata Mohasin Haris, salah satu pemilik tambak besar di Marunda, saat ditemui wartawan di tambaknya, Rabu (14/10). "Kami bisa merugi besar."
Apalagi, pemilik tambak seluas lima hektar di kawasan Marunda ini pernah merugi hingga Rp 200 juta akibat banjir yang disebabkan hujan. "Karena setiap tahun memang selalu terjadi hujan besar," ujarnya.
Sejauh ini, Mohasin hanya melakukan antisipasi dengan meninggikan tanggul di sisi tambak hingga 1,5 meter. Rencananya tanggul tersebut akan ditinggikan hingga dua meter. Hanya, langkah meninggikan tanggul belum memberikan jaminan sepenuhnya air tidak meluap. "Kalau hujannya sangat besar dan sering, ketinggian air bisa melebihi tanggul," kata dia.
Pengusaha tambak turun temurun ini mampu menjual sedikitnya satu juta benih ikan bandeng dan enam juta benih udang per bulan. Para pembeli kebanyakan datang dari wilayah Bekasi dan Karawang. Untung bersih dari usahanya ini rata-rata sebesar Rp 7 juta setiap bulannya.
Syukri, salah satu petani tambak ikut menjelaskan, bahwa para pemilik dan petani tambak hanya kahwatir dengan persoalan curah hujan yang tinggi. "Kalau rob (luapan air laut) tidak menimbulkan masalah, karena tambak jauh dari pantai," ujarnya.
Ia pun berharap pemerintah kota maupun pemerintah provinsi bersedia memperhatikan kekhawatiran para pengusaha dan petani tambak. Yaitu dengan melakukan antisipasi banjir berupa melebarkan saluran air atau membuat penampungan air. "Di Marunda ini belum ada penampungan air," kata Syukri. "Bahkan, selain tambak kami, warga di sekitar juga terkena banjir setiap tahun."
WAHYUDIN FAHMI