TEMPO Interaktif, Jakarta - Guru spiritual Anand Krishna dituding menyebarkan aliran sesat dengan meminta murid-muridnya murtad dari agama yang semula diimani pengikutnya.
Kuasa hukum Tara Pradipta Laksi, korban pelecehan Anand, Agung Mattauch mengatakan, pengikut aliran spiritual itu sering disindir jika masih menjalani rutinitas salat berjamaah. "Kalau masih salat dianggap belum sempurna, jadi disindir-sindir ada yang masih salat," ujarnya ditemui di Kepolisian Daerah Metro Jaya, Kamis (25/2).
Baca Juga:
Pusat meditasi milik Anand ramai menjaring pengikut usai tragedi kerusuhan Mei 1998. Agung menuturkan, banyak masyarakat tertarik karena ajaran spiritual tersebut menawarkan ketenangan batin.
"Dibikin agar antaragama tidak bentrok. Tidak ada patok agama tertentu, menurut korban di Bali, ajarannya bukan hindu, tapi kehindu-hinduan," jelasnya.
Dalam ritual yang dijalankan, juga terdapat patung Anand Krishna yang nantinya akan disembah-sembah oleh para pengikutnya. "Pelecehan hanya entry gate untuk persoalan yang lebih serius. Ini ada penodaan agama," kata Agung.
Jumlah pengikut Anand mencapai ratusan orang dengan pengikut kelas elit sekitar 30 orang. Dari jumlah tersebut juga banyak yang memiliki loyalitas tinggi dan siap menyumbang dana besar hingga ratusan miliar rupiah. "Ada doktrinasi, dari CD, litelatur yang diberikan ke pengikutnya," kata dia.
Pihaknya juga telah meminta Dewan Pertimbangan Presiden untuk intervensi dalam persoalan ini. "Hari ini kami akan menemui Watimpres," tegas Agung.
VENNIE MELYANI