TEMPO Interaktif, Jakarta - Menara Syahbandar, salah satu bangunan bersejarah di Museum Bahari, terancam ambruk. Menara yang pernah menjadi Tugu Nol Kilometer Jakarta itu miring hingga lima derajat. "Kalau tidak segera direhab, kemiringannya akan terus bertambah dan ini sangat berbahaya," kata Kepala Subbagian Tata Usaha Museum Bahari Irfal Guci, Senin, 20 Juni 2011.
Menara Syahbandar didirikan Pemerintah Belanda sekitar tahun 1839. Menara ini dibuat untuk memantau aktivitas kapal-kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa. Saat itu, menara setinggi 12 meter dengan lebar 4x8 meter ini juga berfungsi sebagai kantor kepabeanan.
Berdiri di tepi Jalan Pakin, Penjaringan, Jakarta utara, menara berwarna putih dengan atap kayu merah tersebut terlihat sangat mencolok. Selain karena menara ini menjadi bangunan paling tinggi di wilayah itu, juga posisinya yang doyong ke arah jalan.
Irfal mengaku tak tahu persis sejak kapan menara ini mulai doyong ke selatan. Ia memperkirakan kemiringan Menara Syahbandar ini karena lunaknya tanah di bawahnya. Kondisi ini diperparah dengan padatnya truk-truk bermuatan berat yang melintas di Jalan Pakin.
Pihak museum, kata Irfal, telah berulang kali meminta pemerintah segera melakukan konservasi. Namun, hingga kini belum ada perbaikan berarti yang dilakukan pemerintah. "Kalau pun ada respons, paling hanya mengecat menara," katanya.
Pihak museum sendiri setiap tahun menerima anggaran Rp 700 juta. Dana itu dialokasikan Rp 500 juta untuk biaya kebersihan dan perawatan benda-benda koleksi museum, Rp 100 juta untuk operasional, dan sisanya untuk biaya penyuluhan dan sosialisasi. "Sementara, perbaikan menara setidaknya butuh Rp 3-5 miliar," ujarnya.
Catur, 47 tahun, salah seorang pemandu wisata di museum itu, mengaku takut setiap kali ada pengunjung yang masuk ke menara. Apalagi, kata dia, kalau yang berkunjung rombongan anak-anak SD. "Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, kami batasi sekali masuk maksimal 10 anak," kata dia.
Pembatasan ini dilakukan sebagai antisipasi agar menara yang telah doyong itu tak kelebihan beban. Menara dua lantai ini juga kerap ikut bergoyang setiap kali ada truk kontainer lewat. "Kalau sudah di atas berasa banget miring dan goyangnya," kata Catur.
DWI RIYANTO AGUSTIAR