TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Baharudin Djafar, menyebut dua hal yang menyulitkan aparat mengungkap kasus perampokan minimarket 24 jam. “Ini penyebab kesulitan menyusuri jejak pelaku,” kata Baharudin.
Kesulitan pertama, aparat sulit mengidentifikasi pelaku perampokan karena aksi kejahatan jarang terekam kamera Closed Circuit Television (CCTV). "Keberadaan CCTV itu menjadi penting,” katanya. (Baca: Tanpa CCTV, Alfamart Ciputat Dirampok)
Kepala Satuan Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Ajun Komisaris Besar Helmy Santika berpendapat senada. Adanya CCTV bisa mempercepat pengungkapan kasus. Selain itu, keberadaan CCTV juga bisa memberi dampak psikologis. “Kalau ada CCTV, pelaku akan berpikir ulang,” katanya.
Kesulitan kedua, jejak yang ditinggalkan pelaku sangat sedikit. Saat polisi menyelidiki tempat kejadian perkara (TKP), hanya menemukan sedikit petunjuk. Jarang polisi menemukan barang yang tak sengaja tertinggal oleh pelaku. “Kalau ada barangnya kan bisa kita telusuri,” kata Baharudin.
Baharudin mengakui perampokan minimarket tengah marak. Polisi menyarankan minimarket untuk melengkapi petugas keamanan toko dengan senjata air soft gun. “Izinnya bisa diurus ke Direktorat Intelijen,” katanya.
Selasa dini hari tadi, 10 Januari 2012, perampok menyekap tiga karyawan Alfamart di Jalan Raya Jombang, Kampung Pondok Pucung, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Mereka tidak hanya menggondol uang Rp 14 juta di dalam brankas, tapi juga barang-barang berupa susu kotak, rokok, dan kamera pengintai (CCTV) di minimarket tersebut. (Baca: Awas, Minimarket Marak Dirampok)
ANANDA BADUDU