TEMPO.CO, Depok - Kepala Laboratorium Kimia Universitas Indonesia Sunardi mengatakan cairan yang digunakan saat demo menolak kenaikan harga BBM pada 30 Maret 2012 bisa dibuat menjadi bom. "Saya takut para pendemo membuatnya sebagai bom," katanya, Selasa, 3 April 2012.
Menurut Sunardi, demo yang berlangsung di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu bisa menggunakan asam sulfat itu sebagai bahan bom. Hal itu dikatakan setelah memastikan cairan yang digunakan saat demo itu adalah asam sulfat.
Asam sulfat yang berkonsentrasi tinggi sekitar 98 persen bisa mengeluarkan gas. Asam sulfat itu boleh dikatakan uap, tapi cairannya bisa melepuhkan kulit sampai ke tulang. Asam sulfat pun banyak dijual di supermarket dan bengkel mobil. "Asam sulfat saat demo itu berkadar sekitar 20-40 persen," katanya.
Walau berkadar sekitar 20-40 persen, asam sulfat itu tetap berbahaya. Sifatnya, jika kena zat organik langsung membakar dan hancur. "Jika terkena sulfat, langsung saja pakai air. Kalau tidak, dia bisa sampai ke tulang," katanya.
Pada Senin, 2 April 2012, Sunardi meneliti cairan tersebut pada kulit wartawan Kompas TV yang terbakar sampai dagingnya kelihatan. "Tas ranselnya juga kena dan warnanya berubah," kata Sunardi.
Di hadapan wartawan, Sunardi mencoba reaksi asam sulfat yang berkadar 37 persen. Ia menumpahkan tiga tetes cairan sulfat di atas lipatan tisu dalam piring. Tisu itu pun terbakar, meski tidak mengeluarkan api dan asap. "Jika cairan ini ditumpahin ke gula pasir, pasti akan terbakar dan mengeluarkan api," katanya.
Sunardi berharap masyarakat tidak salah menggunakan asam sulfat tersebut, apalagi saat berunjuk rasa. "Akibatnya sangat berbahaya bagi kita," katanya.
ILHAM TIRTA
Berita terkait:
AJI Jakarta Lapor Korban Cairan Kimia Demo BBM
Dewan Pers Bentuk Pencari Fakta Demo BBM
Liput Demo BBM, 6 Jurnalis Terkena Zat Kimia