TEMPO.CO, Jakarta - Gaya Joko Widodo memimpin Jakarta menarik perhatian banyak pihak. Jokowi kerap mengunjungi kantor kelurahan dan kecamatan pada pagi hari hingga daerah sengketa. Rupanya latar belakang dia sebagai pengusaha yang membuatnya bertindak lincah dan gesit.
Jokowi mengungkapkan, saat memulai usaha mebelnya dia hanya bermodal dengkul alias pas-pasan, sementara kawan-kawannya dimodali orang tuanya. Dari segi modal, Jokowi menyebut mereka lebih maju tiga langkah. Pergi kerja pukul 8 pagi dan pulang jam 8 mslsm sudah cukup membuat mereka sukses.
"Saya mikir harus punya kelebihan, maka saya datang lebih pagi dan pulang lebih malam. Soalnya hanya itu yang saya mampu," kata Jokowi saat menjadi pembicara dalam acara The Hero of Entrepreneurship di gedung BPPT, Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu 10 November 2012.
Jokowi pun kerap sudah berada di pabrik sejak jam 6 pagi. "Ya nyapu-nyapu, mengerjakan apa saja. Lalu pulang jam 11 malam," katanya. Menginap di pabrik menunggui pesanan pun sering dia lakoni. Oleh sebab itu kebiasaan itu terbawa hingga kini saat sudah menjadi kepala daerah.
"Tetapi sudah tidak tidur di pabrik lo ya, masak ndak maju-maju," tutur Jokowi yang disambut gelak tawa peserta. Semua itu, dia menambahkan, bukan dirinyatak kenal lelah. "Ya capek, dari dulu jadi wali kota juga capek. Tetapi kalau mau sukses itu memang harus mau capek," ujar mantan Wali Kota Surakarta itu. Oleh sebab itu dia kecewa saat mendapati layanan untuk masyarakat molor karena PNS yang datang kesiangan.
Dikatakannya, kedatangannya ke kantor-kantor pemerintahan bukanlah inspeksi dadakan. "Tapi ternyata masyarakat senang sekali. Malah bilang 'hajar terus Pak, sidak,' katanya. "Padahal ndak pernah sidak kok, cuma datang saja," ujarnya menambahkan.
Jokowi malah ingin menanamkan prinsip wirausaha dalam pemerintahan dan birokrasi. "Entrepreneurship harus masuk dalam birokrasi agar pelayanan ke masyarakat lebih baik," tutur pria yang ingin mengurangi rutinitas dalam birokrasi agar tak berbelit-belit.
Namun dia pun meminta agar masyarakat tak menuntut perubahan yang terlalu cepat. "Jakarta ini multikompleks, ruwet, kronis. Jadi jangan baru dua minggu sudah tanya 'Pak, mana (perubahannya)?'"
ANGGRITA DESYANI