TEMPO.CO, Jakarta--Meski masih memiliki beberapa kekurangan, sejumlah warga di Jakarta Utara mengaku tertolong oleh kehadiran Kartu Jakarta Sehat (KJS). Beberapa dari mereka mengaku terbantu dalam hal pembayaran obat.
Pasangan Suami Istri Maimunah (53) dan Suminta (58) adalah salah satu yang mengaku bersyukur KJS ada. Maimunah yang tinggal di Jalan Mindi, Koja, berkata, sebelum ada KJS, ia harus menghabiskan Rp300 ribu tiap kali membeli obat untuk suaminya yang sakit darah tinggi.
"Kalau cuma untuk periksa ke dokter, sebenarnya gak seberapa mahal. Tapi, buat beli obatnya, itu mahal banget,"ujar Maimunah ketika Tempo temui di ruang tunggu poliklinik syaraf RSUD Koja, Jakarta Utara, Rabu, 12 Juni 2013.
Maimunah berkata, membayar Rp300 ribu tiap kali membeli obat 10 hari untuk suaminya terasa berat karena dirinya tak bekerja. Suaminya pun sudah tiga tahun menganggur sejak berhenti berdagang daging sapi.
Maimunah mengatakan, untuk berobat, sebelum ada KJS ia bergantung kepada anak-anaknya yang sudah bekerja. Sekarang, dengan adanya KJS, suaminya bisa berobat dan membeli obat secara gratis.
Hal senada diungkapkan oleh Raida (45) yang tengah menemani anak perempuannya di IGD RSUD Koja. Ia juga mengaku terbantu dengan adanya KJS karena ia tidak lagi harus pinjam uang ke keluarganya apabila anaknya sakit.
Raida mengaku punya pengalaman tidak enak ketika anak laki-lakinya terkena radang paru-paru kurang lebih setahun lalu. Ia harus merogoh kocek Rp2 juta untuk membiayai pengobatannya. Padahal, suaminya hanya bekerja sebagai guru honorer dan dia hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
"Dulu saya harus pinjam ke mana mana supaya bisa bayar. Sekarang, dengan adanya KJS, saya gak perlu takut lagi deh. Ini anak perempuan saya saja langsung dirawat dan tinggal nunggu obat,"ujar Raida yang tinggal di Gang Mawar No. 5, Warakas, Jakarta Utara.
Ditanyai apakah dirinya puas dengan pelayanan KJS sejauh ini, Raida mengaku puas. Hari ini saja, kata dia, anaknya tak perlu menunggu waktu lama untuk diperiksa dokter jaga di IGD dan langsung dipastikan tidak perlu rawat inap. "Ini saya tinggal nunggu obat saja."
Sementara itu, berdasarkan pantauan Tempo, pasien pasien di RSUD Koja tak sebanyak biasanya walaupun tetap tergolong ramai. Di ruang IGD misalnya, meski penuh, tak ada lagi pasien pasien yang sampai harus direbahkan di meja administrasi atau tempat duduk ruang tunggu.
Sementara itu, di ruang tunggu poliklinik, suasananya justru sepi. Tak banyak pasien yang datang dan hal itu dipertegas dengan banyaknya kursi tunggu yang kosong. Namun, menurut keterangan dari salah satu perawat, ruang poliklinik sepi karena hari sudah menjelang siang. "Kalau pagi tadi ramai."
ISTMAN MP
Terhangat:
EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah
Baca juga:
Soal Macet, Jokowi-Ahok Lupakan Hal Sederhana?
Jokowi Sebut BLSM dengan Balsem
Jokowi Ternyata Pernah Dagang di PRJ
Nilai Kinerja Transportasi Jokowi: Niat 8, Hasil 6