TEMPO.CO, Jakarta--Di lantai dua bangunan ruko no 120-D Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat terdapat berbagai macam baju satpam. Ada seragam yang berwarna putih, biru marun, orange. Ada baju pemadam kebakaran pula. Berbagai atribut keamanan juga ada di sana semisal pentungan dan police line. Di sanalah kantor perusahaan jasa pengamanan, PT Benteng Jaya Mandiri.
Pada Rabu, 18 September 2013 malam hari, Tempo masuk lebih ke dalam ruangan itu melewati ruangan direksi lalu dapur. Setelah itu, Tempo naik ke loteng tempat dimana Arifin disekap. Di ruangan seluas 6 meter persegi itu sangat pengap. Tinggi ruangannya tak lebih dari dua meter. Di ruang tanpa cahaya inilah Arifin diborgol di sebuah pintu sejak 5 Agustus 2013. Ia disekap lantaran ia jadi saksi dalam sebuah proyek pengeboran migas. Sedang pihak yang berjanji kabur, sehingga ia yang dicari. Rutin sejak saat itu, ia dipukul dengan gagang airsoft gun, tangan kosong, hingga telinganya distaples.
Ada sebuah ember yang dapat ia gunakan untuk buang air kecil. Namun untuk tempat buang air besar, ia tak diberi. Makan pun ia diberi 3-4 hari sekali. Lantaran tak kunjung bisa memenuhi tuntutan agar melunasi hutang dan bunganya, ia hampir pasti akan dibunuh pada Jumat, 20 September. Pria cepak berambut putih ini pasrah jika dirinya akan dieksekusi. "Saya tidak bisa melakukan apa-apa," katanya lirih.
Tempo lalu turun kembali ke dapur seluas 10 meter persegi. Di salah satu sudutnya ada sebuah pintu teralis besi yang menghubungkan tempat masak itu dengan gudang. Kemarin malam, Selasa, 17 September 2013, Ahmad Zamani, 32 tahun, diborgol tangannya di tempat tersebut.
Ia berurusan dengan PT BMJ lantaran joint venture bisnisnya pailit di tahun kedua. Rekanan bisnis Zamani ingin mendapat uangnya, Rp 1,5 miliar secara instan dengan menggandeng pihak debt collector. Akhirnya, Zamani diambil paksa dari rumahnya di sebuah perumahan Cilacap, Jawa Tengah. Ia disekap sejak 13 September 2013.
Sejak saat itu ia disiksa. Tubuhnya disundut rokok, dicambuk pake kabel. Dan, maaf, kemaluannya diolesi balsem beberapa kali. Selain itu, ia diancam bahwa istrinya akan diperkosa massal. Anaknya akan dibuat cacat. Ia juga diancam akan bernasib sama dengan Arifin, mati. Sebelum mempersiapkan kematiannya, rambut Zamani dipotong rapi. Ia juga diberi baju rapi, menggantikan baju lamanya yang berlumuran darah. Arifin juga mendapat perlakuan sama. (Lihat juga: Oknum TNI Diduga Terlibat Penyekapan di Taman Sari)
Selasa malam kemarin, keduanya kaget lantaran mengira eksekusi kematiannya lebih dipercepat. "Banyak orang memakai senapan laras panjang malam itu," kata Zamani. Ia mengira akan dibunuh lalu mayatnya dibuang di tol seperti yang diomongkan penyekap. Setelah tahu bahwa mereka adalah polisi, keduanya bersyukur. "Saya seperti terlahir untuk kedua kalinya," ucap mereka sembari meneteskan air mata. Tak bisa dipungkiri, mereka sangat berterima kasih kepada aparat yang berhasil menyelamatkan nyawanya.
Terlihat paras kedua korban sayu lantaran disekap dalam keadaan gelap, pengap, dan tidak diberi makan. Mereka menuturkan banyak pegawai sana, baik laki-laki maupun perempuan yang bersliweran seakan memandang biasa. "Mereka tak ada empati, bahkan untuk memberikan seteguk airpun tidak," kata mereka.
Mereka berharap semoga kejadian yang menimpa keduanya tak terulang kembali. Namun, mereka juga bisa berpikir kritis. Kasus ini meninggalkan satu pertanyaan lagi untuk polisi. Jika PT BMJ sudah beroperasi selama dua tahun, pasti sebelumnya pernah ada korban yang dieksekusi oleh mereka. Kemudian, apakah berbagai jasa pengamanan lainnya juga melakukan penyekapan dan penganiayaan yang sama. Semoga aparat segera bisa menjawab pertanyaan Arifin dan Zamani tersebut agar tak ada korban berikutnya.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Terhangat:
Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Info Haji | Penembakan Polisi
Baca juga:
Lima Tweet yang Mengguncang Dunia
Enam Jenis Ikan yang Sebaiknya Dihindari
Ini Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions
Ahok Tak Takut Ditinggal Jokowi Jadi Presiden