Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kompos, Jalan keluar Problem Sampah Jakarta

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sampah rumah tangga, menyumbang tidak sedikit dari sekitar 6000 ton total produksi sampah per hari di Ibu Kota Jakarta. Jika setiap rumah mampu mengelola sampahnya dengan baik, akan membantu mengatasi problem sampah di Jakarta. Caranya dengan mengubah sampah organik tersebut menjadi kompos. Hal ini dikatakan Peneliti dan ahli lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi (BPPT) Henky Sutanto. Menurut Hengky sebenarnya sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri.Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat dan ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos. Pengolahan sampah menjadi kompos, yang bisa dimanfaatkan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah.Ada juga cara lain untuk mengurangi volume sampah. Dengan cara dibakar. Tetapi pembakaran sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), atau PCB (poly chlorinated biphenyl). Bagaimana jika rumah dengan pekarangan yang sempit? Seperti di komplek-komplek perumahan. Menurut Henky hal serupa bisa juga dilakukan dalam lingkungan kompleks. Sampah dari masing-masing rumah dikumpulkan dalam satu lokasi di dalam kompleks, yang dikhususkan menjadi Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Sampah kering dan sampah basah dipisahkan. Sampah basah kemudian di tumpuk. Dalam jangka waktu dua bulan, akan menjadi kompos. Kompos itu, bisa dibagikan ke setiap rumah yang membutuhkan pengganti pupuk untuk tanaman. Dengan begitu, persoalan samapah di lingkungan sekitar bisa teratasi secara kolektif. Fitri Oktarini-Tempo
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Babak-Belur Mahkamah Konstitusi

1 menit lalu

Babak-Belur Mahkamah Konstitusi

Demokrasi Indonesia makin terancam. Kali ini lewat revisi keempat Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.


Hasil Babak Pertama Liga Inggris Pekan Terakhir: Manchester City Ungguli West Ham 2-1, Arsenal Ditahan Everton 1-1

5 menit lalu

Logo Liga Inggris. (Reuters/Tempo)
Hasil Babak Pertama Liga Inggris Pekan Terakhir: Manchester City Ungguli West Ham 2-1, Arsenal Ditahan Everton 1-1

Perebutan gelar Liga Inggris 2023-2024 tengah berlangsung pada pertandingan pekan terakhir, Minggu, 19 Mei 2024. Simak hasil babak pertama.


Jokowi Jamu Makan Malam 2.300 Undangan Delegasi World Water Forum di Bali, Ini Pesannya

36 menit lalu

Seorang turis asing melewati baliho World Water Forum ke-10 di kawasan Nusa Dua, Bali, Indonesia, Jumat (17/5/2024). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nym)
Jokowi Jamu Makan Malam 2.300 Undangan Delegasi World Water Forum di Bali, Ini Pesannya

Ada 500 undangan naratetama atau VVIP dan Ketua DPR Puan Maharani di antara welcoming dinner delegasi World Water Forum ke-10 di Bali malam ini.


Khawatir Berlebihan, Apa Itu Fobia Masa Depan dan Gejalanya?

38 menit lalu

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Khawatir Berlebihan, Apa Itu Fobia Masa Depan dan Gejalanya?

Selalu khawatir akan masa datang, kecemasan akan masa depan pun mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Apa itu fobia masa depan?


Manfaat Hobi untuk Mengurangi Stres dan Kejenuhan

42 menit lalu

Ilustrasi melukis/produk Studio Sanjunipero
Manfaat Hobi untuk Mengurangi Stres dan Kejenuhan

Hobi kegiatan yang dilakukan secara rutin atau saat waktu senggang


Zayn Malik Gelar Konser Solo Pertama Sejak Keluar dari One Direction

46 menit lalu

Zayn Malik dalam video musik single terbaru
Zayn Malik Gelar Konser Solo Pertama Sejak Keluar dari One Direction

Zayn Malik mengaku merindukan suasana manggung di konser setelah keluar dari One Direction pada 2015 lalu.


Penyebab Senyum Anda Tak Lagi Menawan Seiring Usia

1 jam lalu

Ilustrasi wanita tersenyum. Foto: Unsplash/Vinicius Wiesehofer
Penyebab Senyum Anda Tak Lagi Menawan Seiring Usia

Usia bertambah dan masalah di mulut pun semakin banyak, membuat senyum tak lagi menarik. Berikut penyebab senyum kehilangan pesonanya seiring usia.


Elon Musk Paripurnakan Branding X.com, Sebagian Pengguna Pilih Tetap Sebut Twitter

1 jam lalu

Logo X.com. X/Elon Musk
Elon Musk Paripurnakan Branding X.com, Sebagian Pengguna Pilih Tetap Sebut Twitter

Langkah final dilakukan Elon Musk dengan mengarahkan semua pengguna Twitter.com ke domain baru, X.com, per Jumat lalu, 17 Mei 2024.


Revisi UU Polri, Imparsial Kritik Poin Perpanjangan Usia Pensiun Polisi

1 jam lalu

Ilustrasi Polri. Istimewa
Revisi UU Polri, Imparsial Kritik Poin Perpanjangan Usia Pensiun Polisi

Peneliti Imparsial mengkritik wacana revisi UU Polri terkait usia pensiun.


Video Call dengan Sandara Park, Nagita Slavina Diminta Boyong 2NE1 ke Andara

1 jam lalu

Nagita Slavina/Foto: Instagram/Slavina Indonesia
Video Call dengan Sandara Park, Nagita Slavina Diminta Boyong 2NE1 ke Andara

Nagita Slavina mengaku telah mengidolakan 2NE1 sejak kuliah. Dia sangat antusias ketika berbicara dengan Sandara Park melalui panggilan video.