TEMPO.CO , Jakarta - Sebanyak 246.820 orang lelaki pelanggan seks komersil di DKI Jakarta rawan terjangkit HIV/AIDS. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Rohana Manggala mengatakan persebaran HIV/AIDS di Ibu Kota paling besar disumbang oleh perilaku seks tidak sehat seperti gonta-ganti pasangan atau tidak menggunakan kondom.
Menurut Rohana, hanya PSK "berkelas" dengan bayaran berkisar Rp 500 ribu ke atas yang sadar akan bahaya HIV/AIDS. "Sedangkan mereka yang di jalanan tidak peduli," katanya.
Komisi bukannya tidak pernah melakukan penyuluhan, Rohana mengaku mentok jika harus membina PSK kelas bawah. Masalahnya, secara psikologi para penjaja seks ini ada pada posisi lemah sehingga menuruti keinginan pelanggan.
Rohana menegaskan pendidikan dan pengetahuan akan HIV/AIDS penting. Apalagi mereka yang mengidap penyakit ini rata-rata adalah usia produktif 29 tahun sampai 44 tahun. Sehingga perlu pendidikan sejak dini.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai kendala ekonomi menjadi salah satu corong meningkatnya angka penderita HIV/AIDS di DKI Jakarta. "Mereka yang ada di kelas ekonomi bawah belum sadar bahaya penyakit ini," katanya.
Parahnya, jika HIV/AIDS ini nempel kepada pelanggan yang sudah berkeluarga. Karena akan menimbulkan efek berantai. "Setelah tertular si pelanggan tidak sadar dan berhubungan dengan istri," ujar Basuki.
Pada titik ini, bisa terjadi perpindahan virus sehingga si istri akan membawa bakat HIV/AIDS yang bisa menulari anaknya. Tercatat pada 2013 ada 460 bayi terpapar HIV/AIDS bawaan orang tua. Angka ini naik dari 347 bayi pada 2012.
SYAILENDRA
Berita Terpopuler:
SMS Pembunuh Holly: Gagal, Gatot: Kabur!
Airin Menyewa Hotel Selama di Harvard
Gatot Kenal Holly di Tempat Hiburan Malam
Gatot Diduga Giring Holly ke Apartemennya
Holly Dibunuh, Gatot Berbohong di Australia
Erick Thohir Beli Inter Milan, Rothschild Berang
Ahok Minta Perbaikan Jalan Rampung Sehari