TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengeluh soal keterbatasan stok bahan bakar gas (BBG). Alasannya, keterbatasan pasokan BBG saat ini bisa menghambat program pengadaan 1.000 bus.
"Akhir tahun ini akan datang 1.000 bus yang terdiri dari bus sedang Kopaja-Metro Mini dan gandeng Transjakarta," kata Jokowi pada Selasa, 29 Oktober 2013, di Jakarta. Bus-bus ini menggunakan bahan bakar gas.
Padahal jumlah pasokan gas ke Ibu Kota saat ini hanya 13,1 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka tersebut, menurut Jokowi, masih jauh dari cukup karena ada 579 unit Transjakarta yang menggunakan BBG. Plus ada sekitar 2.900 unit angkutan umum yang juga berbahan bakar gas, seperti bajaj biru.
Sementara jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas juga masih minim, hanya delapan unit di DKI. "Belum lagi tahun depan kami sudah menyusun untuk mendatangkan sekitar 3.000 bus sedang dan 1.000 bus gandeng Transjakarta," ujar mantan Wali Kota Solo ini.
Awalnya, Jokowi mengaku mendapat bisikan untuk mengurungkan niat mendatangkan bus berbahan bakar gas. Opsi lain adalah bus dengan bahan bakar solar biofuel atau solar ramah lingkungan.
Hanya, Jokowi keukeuh bahwa bus tetap harus menggunakan BBG. Ia mengaku sudah mendapat jaminan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral beserta Perusahaan Gas Negara. "Mereka katanya siap memenuhi kebutuhan Jakarta," ujarnya.
SYAILENDRA
Topik Terhangat:
Prabowo Subianto | FPI Geruduk Lurah Susan | Misteri Bunda Putri | Dinasti Banten | Suap Akil Mochtar
Berita Terpopuler:
Taktik Pius Mendekati Prabowo Subianto
Aksi Mengusik Lurah Susan, FPI Beri Contoh Buruk
Mendagri Tak Tahu FPI Mulai Mengusik Lurah Susan
Rekam Jejak Prabowo 24 Tahun Jadi Tentara
Ada Landasan Helikopter di Rumah Mewah Prabowo
Ini Cerita Prabowo Kenapa Trauma pada Pers