TEMPO.CO, Jakarta - Perkelahian yang melibatkan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jakarta berbuntut panjang. Setelah Kepala SMAN 3 Jakarta Retno Listyarti dilaporkan ke Polda Metro Jaya karena dituding melakukan tindakan diskriminatif lantaran menskors siswanya, kini video pertemuan antara Retno dan orang tua murid yang memperdebatkan skors tersebut beredar di media sosial YouTube.
Video berjudul Kepala Sekolah SMAN 3 Dukung Preman itu diunggah pada 12 Februari 2015 oleh akun Jawa News. Dalam rekaman yang dibagi dua bagian, part 1 dan part 2, itu terlihat Retno yang menggunakan jilbab merah muda sedang memberikan penjelasan kepada orang tua siswa di sebuah ruangan tertutup.
Dalam video, Retno menjelaskan alasannya menskors enam siswa yang terlibat perkelahian dengan Erick, 30 tahun. Menurut dia, dalam aturan, mereka seharusnya dikembalikan kepada orang tua atau dikeluarkan. Namun sekolah memutuskan mereka hanya diskors agar tetap bisa mengikuti ujian akhir. "Kami harus mengeluarkan hukuman pengganti lain. Karena anak ini sudah kelas XII, sudah didaftarkan di ujian nasional, kami juga berpikir ini untuk kebaikan anak-anak," katanya.
Para siswa, kata dia, diskors mulai 11 Februari hingga 10 April 2015. Hukuman itu akan ditunda saat ujian sekolah dan ujian nasional. Sedangkan untuk ujian praktek, mereka dijadwalkan melakukan susulan.
Retno mengatakan bahwa permasalahan itu sudah disampaikannya kepada Wakil Kepala Dinas Pendidikan Sopan Adianto. Dia juga sudah menanyakan apakah ini akan menjadi keputusan bersama atas nama Dinas Pendidikan. "Kami sepakat bahwa sudah terjadi pelanggaran, yakni perkelahian, pengeroyokan, dan pemukulan," ujarnya.
Namun, seperti yang diperlihatkan dalam video bagian dua, keputusan ini tak diterima oleh orang tua siswa. Mereka gaduh membantah keputusan sekolah.
Salah satu di antara mereka mengatakan justru anak-anak merekalah yang merupakan korban. Alasannya, Erick yang terlibat perkelahian itu berumur 30 tahun. Sedangkan anak-anak mereka berusia belasan tahun. "Dari mana pengeroyokan? Ini, kan, anak-anak korban," ujarnya.
Retno menjelaskan bahwa dalam gelar perkara yang dilakukan oleh sekolah, anak-anak mereka sudah mengaku melakukan pemukulan. Namun lagi-lagi ini dibantah oleh orang tua lainnya. Dia mengatakan bahwa anak-anak itu hanya membela diri karena Erick berusaha merebut sepeda motor teman anaknya. "Itu, kan, ada sebab-akibatnya," ujarnya.
Dimintai konfirmasi, orang tua salah satu siswa yang diskors, Frans Paulus, membenarkan isi video tersebut. Menurut dia, pertemuan itu terjadi pada 4 Februari lalu. Dia mengatakan penjelasan Retno kebanyakan tak sesuai kenyataan. "Dia melindungi preman," katanya.
Meski demikian, dia enggan menyebutkan pengunggah video itu. "Apa ada persoalan? Ini bukan video cabul," ujarnya.
NUR ALFIYAH