TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung mendatangi kantor Tempo pada Rabu, 10 Juni 2015. Dia datang untuk mengklarifikasi berita seputar kasus penyuapan dalam pengadaan uninterruptible power supply (UPS).
Tersangka kasus ini, mantan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat, Alex Usman, sudah menceritakan aliran suap dalam pengadaan 49 UPS senilai Rp 330 miliar pada 2014 kepada polisi. “Saya tak kenal Alex Usman,” kata Lulung, yang datang ditemani sepuluh politikus Partai Persatuan Pembangunan. Ia meminta agar cerita ihwal permainan korupsi UPS tak ditulis.
Lulung bercerita panjang-lebar tentang tiga hal yang membuatnya gemas dalam kaitan dengan kasus korupsi pengadaan UPS yang sedang ditangani kepolisian.
1. UPS Jadi USB
Saya ngomong, UPS jadi USB. Ketawa semua orang, dibilang saya goblok. Enggak apa-apa saya goblok. Saya kan benar-benar tidak tahu. Saya tahu bakal di-bully dan media-media jahat itu akan menyerang saya. Buktinya, saya ditungguin dari pagi sampai malam. Pertanyaannya yang gila. Pertanyaannya menyudutkan saya.
2. Wis Blower
Saya tidak mau kalau saya dilihat orang saya yang mengadukan. Saya ngomong, kan, saya pingin juga popular. Popular dalam arti, apa sih kemaren tuh? Wis blower...? Rekan Lulung yang duduk di sampingnya membetulkan: whistle blower. Nah, itu, whistle blower. Kan, saya pingin juga jadi seperti itu.
3. Trending Topic
Saya tidak mengerti sebenarnya apa itu trending topic, tapi ternyata itu menjadi tempat berkreativitas para muda-mudi. Dari sejak saya di-bully, ada efek seni politik yang muncul.
Ada efek keamanan. Contohnya, orang pakai gantungan kunci Haji Lulung, begal pada takut. Saya juga bawa efek ekonomi ternyata. Gara-gara saya di-bully, muncul kaus, gantungan kunci Haji Lulung, dan itu dijual sama mereka. Kan, bagus juga ternyata.
MAYA NAWANGWULAN