Awalnya, Aziz mempersilakan tamunya masuk untuk berbincang-bincang di ruang tamu. Tamu itu menolak dan mengajak Aziz mengobrol di luar. Saat suaminya keluar rumah, Uswatun langsung masuk ke kamar untuk tidur. Dia tidak memiliki kecurigaan apa pun saat itu. “Menurut istri korban, suaminya terlihat akrab dengan tamu itu,” kata Auliya.
Sekitar dua jam kemudian, Uswatun terjaga. Dia mendengar suara pintu rumah diketuk cukup keras. Perempuan 24 tahun itu buru-buru bangun dan membuka pintu depan. "Saat pintu dibuka, ternyata yang mengetuk adalah suaminya,” kata Auliya. Namun kondisi Aziz saat itu sudah berlumuran darah.
Uswatun berteriak, sehingga mengundang perhatian penghuni pesantren. Mereka kaget ketika melihat Aziz sudah tergeletak penuh luka. Akhirnya Aziz dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Tapi sebelum tiba di rumah sakit dia meninggal,” kata Auliya.
Keluarga kemudian melaporkan kematian Azis kepada polisi. Jenazah Aziz dibawa ke RSUD Cikaret, Cibinong, untuk dilakukan otopsi. "Dari hasil diotopsi diketahui korban tewas akibat luka tusukan senjata tajam,” kata Auliya. Luka-luka itu terdapat di leher sebelah kanan, punggung belakang, pundak, dan pinggang kanan.
Kepala Kepolisian Sektor Cibinong Komisaris Achmad Choerudin mengatakan jenazah Azis sudah dimakamkan oleh keluarga pada Senin lalu. Polisi saat ini masih mengumpulkan bukti-bukti dan keterangan saksi.
Selasa, 1 September, Pondok Pesantren Al-Mardaniah tampak lengang. Tak ada satu pun penghuninya yang terlihat meski sejumlah sandal tampak berserakan di pintu depan pondok. Sedangkan di depan rumah Aziz, ceceran darah yang mengering di lantai belum dibersihkan.
M SIDIK PERMANA | SUSENO