TEMPO.CO, Jakarta - Nelayan di Teluk Jakarta dan Wahana Lingkungan Hidup berencana akan menanam ribuan bakau di pulau yang terlanjur ditimbun untuk mencegah abrasi. Hal itu dilakukan setelah adanya kesepakatan moratorium untuk proyek reklamasi.
"Kalau tidak ditanam bakau, nanti abrasi. Air laut tambah meluber lagi ke pesisir," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Nelayan Tradisional Jakarta, Kuat Wibisono, Selasa, 19 April 2015. Menurut dia, hal tersebut membuktikan banyaknya dampak buruk proyek reklamasi. "Belum lagi sedimennya semakin bertumpuk di teluk. Susah cari ikan dan laut semakin tercemar.”
Baca Juga:
Aktifis Walhi Jakarta, Mustaqim Dahlan, mengatakan jika nanti ternyata pemerintah berani menghentikan proyek reklamasi, maka pulau-pulau kosong yang sudah terlanjur ditimbun harus dimanfaatkan. "Sebagai tempat konservasi laut, misalnya," kata Mustaqim. "Nanti sudah konservasi ulang, ikan-ikan bisa banyak lagi di teluk Jakarta."
Karena itu, gagasan menanam bakau di pulau kosong jadi langkah awal menghentikan proyek reklamasi Teluk Jakarta. Ahad lalu, ratusan nelayan yang tergabung dari berbagai komunitas menyegel Pulau G, pulau buatan yang dikerjakan PT Muara Wisesa.
Kemarin, Pemerintah Pusat dan Provinsi Jakarta sepakat menghentikan sementara reklamasi Teluk Jakarta hingga waktu yang belum ditentukan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar akan menerbitkan keputusan menteri atas kesepakatan itu.
Menurut Siti, keputusan menteri itu menunggu hasil Komite Bersama yang mengkaji tumpang-tindih aturan—dari izin hingga analisis mengenai dampak lingkungan. Jika dalam kajian tersebut ditemukan pelanggaran, menurut Siti, keputusan menteri itu bisa berupa pencabutan izin hingga penghentian reklamasi secara permanen. “Apakah dicabut, dibekukan, dihentikan, itu ada prosedurnya,” katanya.
INDRI MAULIDAR