Padahal di rumah sebelumnya, dia memiliki hunian permanen terdiri dua lantai. Dia membangun rumah itu dari jerih payah menabung dan utang. Kata Kartemi, rumahnya baru lima tahun lalu direnovasi dan menghabiskan biaya Rp 30 juta. Hal itu karena rumahnya sempat terbakar pada 2010.
Dia sempat berusaha untuk membuat sertifikat kepemilikan rumah. Tapi upayanya ditolak pihak kelurahan dengan dalih tanah milik negara. Kartemi hanya pasrah. Puncaknya, ia harus merelakan saat rumahnya digaruk oleh alat berat yang dikerahkan Pemerintah DKI Jakarta pada Rabu, 28 September 2016.
Kata Kartemi, saat ini suaminya, Warsono, 60 tahun sedang mengais barang yang bisa diambil. Dari pantauan Tempo di Bukit Duri, Warsono dan warga setempat masih sibuk mengais besi bekas di antara reruntuhan bangunan. Mereka kemudian menjualnya ke tengkulak dengan harga Rp 4 ribu per kilo gram.
Koordinator Gerakan Masyarakat untuk Demokrasi, Sandyawan Sumardi menjelaskan Pemerintah DKI Jakarta menggusur paksa rumah warga di empat RW. Yakni RW 09, 100, 11, dan RW 12, Kelurahan Bukit Duri. "Luasan pemukiman itu seluas 1,7 hektare yang ditempati 384 keluarga," kata Sandyawan.
Dia mengecam aksi penggusuran paksa tersebut. Mengingat, warga Bukit Duri masih mengajukan upaya hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta. Tapi hal itu tak diindahkan pemerintah. Warga kini dipindah ke Rumah Susun Rawa Bebek dan mendapat fasilitas masing-masing sepetak rumah gratis selama tiga bulan.
Kepala Satuan Pelayanan Rusun Rawa Bebek, Ade Setyartini mengatakan bahwa pemerintah belum menetapkan besaran angsuran yang dibebankan ke penghuni rusun. Sejauh ini warga Bukit Duri, masih mendapat fasilitas sewa gratis selama tiga bulan.
"Kami juga memberi fasilitas akomodasi sekolah, busway, pasar, sekolah taman kanak-kanak, dan musala," kata Ade. Pemerintah DKI Jakarta juga membantu para siswa Bukit Duri untuk pindah ke sekolah negeri di dekat rusun.
Saat ini ada 313 keluarga Bukit Duri yang terpaksa pindah ke rusun Rawa Bebek. Tapi baru sebagian keluarga yang menghuninya. Sisanya, memilih mengontrak rumah di sekitar Bukit Duri dengan alasan pekerjaan, anak bersekolah dan tradisi sejak lahir tinggal di hunian horisontal.
AVIT HIDAYAT
Baca juga:
Pilkada DKI: Awas, Tiga Jebakan Ini Bisa Kini Ahok Kalah
Raffi Beri Ayu Ting Ting Mini Cooper? Ini Kata Ibunda