TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kubu Djan Faridz, Achmad Dimyati Natakusuma, mengatakan dukungan pihaknya kepada pasangan calon inkumben Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat bukan untuk menarik simpati. Dukungan itu diresmikan Senin lalu, saat Basuki-Djarot menandatangani kontrak politik dengan partai yang sedang dirundung dualisme kepemimpinan tersebut.
"Pak Djan itu daerah pemilihan Jakarta. Dia pernah dukung Sutiyoso, Fauzi Bowo, terakhir Jokowi-Ahok. Jadi, kan sudah dari lima tahun terakhir (ke Ahok)," kata Dimyati saat ditemui di gedung DPR Senayan, Rabu, 19 Oktober 2016.
Dimyati menolak menanggapi dugaan lobi-lobi politik yang dilancarkan PPP kubu Djan Faridz terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang menjadi pengusung pasangan Ahok-Djarot dalam pemilihan gubernur 2017. Menurut dia, koneksi PPP dan PDIP justru sudah ada sejak dulu.
Baca: Saksi Ahli di MK: Cuti Inkumben Minimalkan Potensi Korupsi
"Kami memang mau buat connecting door (dengan PDIP) apalagi kami teman lama, seperjuangan saat Orde Baru, seperjuangan," ucap Dimyati.
Dukungan kepada pasangan inkumben itu, kata Dimyati, juga karena aspek kualitas. "Ahok-Djarot terbukti, teruji, bukan angan-angan. Dari semua calon, yang saya kenal cuma Ahok, kok."
Dimyati menampik dukungan itu untuk menarik kembali pengakuan pemerintah atas PPP kubu Djan Faridz. Ia berharap pemerintah segera menyelesaikan konflik dualisme kepemimpinan di partainya yang berlambang Ka'bah itu.
Simak: Ini Isi Lengkap Kontrak Politik Ahok dengan PPP Kubu Djan Faridz
Isu dualisme itu kembali mencuat sejak PPP kubu Djan Faridz menyatakan dukungan kepada Ahok-Djarot. Padahal, kubu PPP yang sudah disahkan pemerintah adalah kubu Romahurmuziy, yang sudah jelas mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.
YOHANES PASKALIS