TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang kaki lima (PKL) masih berjualan di trotoar sekitar Stasiun Tanah Abang meski kerap dirazia.
Menurut pengamatan Tempo, para pedagang tetap menjajakan jualan seperti sepatu, sendal, kaus kaki, pernak-pernik, dan banyak lainnya di trotoar. Pedagang mengaku nekat berjualan karena alasan mencari nafkah. "Kalau enggak jualan kita gak makan di Jakarta," kata seorang pedagang bernama Mawar atau biasa dipanggil Uni Mawar, 48 tahun, di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu, 2 September 2017.
Menurut Mawar, para pedagang harus kucing-kucingan dengan petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang menertibkan. Jika petugas datang, para pedagang akan pergi. Jika petugas pergi, para pedagang kembali ke trotoar. "Kalau orang itu datang kita bangkit, kalau orang itu pergi, ya kita gelar lagi."
Mawar menerangkan, petugas Satpol PP biasa datang melakukan penertiban PKL pukul 08.30 WIB dan akan pergi pada pukul 14.00-15.00. Tempo pun melihat petugas Satpol PP datang tepat pukul 08.30. Para pedagang pun langsung memasukkan barang dagangannya ke dalam bungkus terpal.
Ketika Tempo mencoba mewawancarai petugas Satpol PP yang sedang bertugas, mereka menolak menjawab. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memperpanjang program Bulan Tertib Trotoar. Dari yang sebelumnya berakhir pada akhir Agustus 2017, diperpanjang sampai 30 September 2017.
Soal kebijakan tersebut, Mawar menyatakan dia berharap pemerintah memberikan solusi kepada mereka. Mawar pun mengakui bahwa trotoar adalah hak pejalan kaki namun dia juga harus berjualan untuk membantu ekonomi keluarga.
Mawar mengatakan para PKL siap dipindahkan jika disediakan tempat. "Di dalam (pasar) kami dapat informasi mau dibangun. Kami berharap itu (benar-benar dibangun)," kata Mawar yang telah berjualan di trotoar sekitar Stasiun Tanah Abang sejak 2 Agustus 2017.
M. YUSUF MANURUNG