TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan belum mendapat laporan terkait dengan kasus Diana, 47 tahun, warga Kebon Sirih, yang mengaku terkurung bersama keluarganya di dalam rumah selama lima hari.
"Yang mana? Saya belum tahu, saya belum dengar laporannya, belum ada laporannya," kata Ahok pada saat ditemui di gedung Balai Kota Jakarta, hari ini, 11 Januari 2016.
Diana dan keluarga beralamat di Jalan Taman Kebon Sirih 3 Nomor 9, RT 009 RW 010, Kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ia mengatakan penutupan rumahnya tersebut berawal dari sengketa tanah dan bangunan yang sudah ia huni secara turun-temurun sejak 1948. "Kami terkurung di rumah gara-gara ditutup PT Asuransi Jiwasraya," ujar Diana kepada Tempo.
Sengketa tersebut berlangsung sejak 2007 dengan PT Jiwasraya. "Saya baru mengetahui kalau Jiwasraya punya sertifikat Hak Guna Bangunan sejak 1994 pada 2007, namun kami curiga jika ada permainan dari pemerintah," katanya.
Sementara itu, pihaknya mengaku sudah meminta bantuan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dengan surat yang dikirimkan melalui e-mail. "Kami sudah kirim e-mail sejak Jumat, namun belum mendapat jawaban dari Ahok," ucapnya.
Diana berujar, dari sengketa tersebut PT Jiwasraya bersikukuh untuk mengusir dia dan keluarganya, puncaknya dia mendapat panggilan dari polisi untuk diperiksa pada Rabu, 6 Januari 2016. Dalam laporannya ia dituduh memasuki rumah tanpa seizin pemilik. "Tidak hanya itu di hari dan jam yang sama PT Jiwasraya mengirim surat ke kelurahan bahwa akan ada eksekusi terhadap rumah kami dan minta bantuan aparat kelurahan," katanya.
Diana menuturkan pada hari tersebut juga, sedari pagi kediamannya dikerumuni petugas Kepolisian Resor Jakarta Pusat dan tentara. Pada pukul 08.00 WIB, rombongan preman datang menyusul sambil berteriak di depan rumahnya, sembari menutup pintu dan jendelanya dengan papan. Bahkan pintu pagar depan dan pintu garasi pun ikut dirantai gembok dari luar. "Saat itu polisi membiarkan peristiwa tersebut terjadi. Kami ketakutan, pukul 10.00 WIB, suami saya mencoba keluar rumah melalui atap garasi. Namun nahas, ia terjatuh, tangan dan kaki patah, teriak-teriak kesakitan, tapi tidak ada yang bisa menolong," ujarnya.
Menurut Diana, suaminya yang mengalami patah tulang tersebut baru bisa dikeluarkan dengan bantuan warga pada malam harinya. "Suami saya ditandu keluar, disaksikan pak lurah dan, ketua RW," katanya.
Selain itu, Diana juga mengatakan atas penutupan tersebut anak-anaknya terpaksa libur sekolah hingga saat ini. Bahkan untuk makan pun dia diberikan tetangganya. "Kami makan diberi sama tetangga, itu pun diantarnya pake galah," ujarnya.
GHOIDA RAHMAH | ABDUL AZIS