TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mengeluhkan kurangnya perhatian kepolisian terhadap psikologi anggotanya. Neta mengatakan, pada 2016 saja, sudah ada empat polisi yang tewas bunuh diri.
Tak hanya bunuh diri, kasus pembunuhan juga banyak dilakukan polisi. Belum ditambah kasus baru-baru ini, seorang polisi memutilasi dua anaknya. Kejadian-kejadian ini, menurut Neta, seharusnya dijadikan bahan evaluasi bagi kepolisian.
Pengawasan psikologi, menurut Neta, tak hanya lemah saat awal seleksi masuk. Seharusnya, setelah masuk, kondisi kejiwaan polisi juga harus dikontrol. "Kalau habis dari daerah konflik, kan, harusnya diterapi, tapi ini tidak ada," kata Neta saat dihubungi Tempo di Jakarta, Sabtu, 27 Februari 2016.
Baca Juga: Polisi Mutilasi Anak Skizofrenia? Psikolog: Bisa Dideteksi
Selain itu, menurut Neta, seharusnya bidang kedokteran kepolisian menyediakan tenaga psikolog. Namun posisi ini justru sering tidak ada. "Kalaupun ada, ya, cuma satu atau dua."
Neta berujar, polisi memang rawan terkena stres. Apalagi tugas polisi sebenarnya tidak mudah ditambah beban ekonomi yang tidak ringan. Seharusnya, para polisi ini diberikan layanan konseling.
Neta juga mengimbau untuk tidak menganggap remeh kasus mutilasi yang dilakukan Brigadir Petrus Bakus. "Jangan dilihat sebagai kasus sendiri. Ini, kan, sebenarnya ada masalah besar di belakangnya."
MAWARDAH NUR HANIFIYANI