TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menolak untuk mengeruk hasil reklamasi Pulau G, Teluk Jakarta, jika pemerintah pusat ngotot untuk melarang pembangunan pulau tersebut. "Enggak ada memugar, dong," kata Ahok saat di Balai Kota pada Jumat, 1 Juli 2016.
Ahok meminta agar nantinya pemerintah pusat tidak menyulitkannya sendiri. Karena selama ini banyak pihak yang melakukan reklamasi. Termasuk reklamasi yang dilakukan PT Kawasan Berikat Nasional, Pulau C dan D di Teluk Jakarta.
Jika pihaknya diminta untuk memugar pulau, dibutuhkan anggaran besar untuk menghilangkan Pulau G dari Jakarta. Dia memperkirakan dibutuhkan sedikitnya Rp 1 triliun untuk mengeruk pasir yang terlanjur diuruk untuk pembangunan reklamasi.
Dia menyarankan agar pemerintah memanfaatkan reklamasi menjadi aset milik pemerintah DKI Jakarta. "Yang ada, harusnya sita dong buat kita," ujar pria asal Belitung itu.
Ahok tidak ingin terlebih dulu spekulasi. Dia menyarankan untuk menunggu keputusan inkracht dari Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Karena pemerintah juga sedang banding atas putusan Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara yang mengabulkan gugatan nelayan agar menghentikan reklamasi.
Dia belum merinci berapa total kontribusi yang diberikan pengembang Reklamasi Pulau G atas perizinan pembuatan pulau. Ahok khawatir pengembang reklamasi bakal menggugatnya pasca-keputusan Kementerian Koordinator Kemaritiman untuk menghentikan reklamasi Pulau G, Teluk Jakarta.
Ahok mengatakan dasar penghentian reklamasi Pulau G sangat tak adil. Jika reklamasi tak diperbolehkan, sebaiknya harus dipotong. Termasuk perizinan Pulau N, Teluk Jakarta.
Kementerian Koordinator Kemaritiman beralasan reklamasi Pulau G, telah merusak lingkungan. Padahal kata Ahok, justru reklamasi Pulau C dan D yang lebih merusak lingkungan. Apalagi pulau tersebut juga telah menggabungkan pulau.
Dia juga mengkritik terkait dengan reklamasi yang dilakukan PT Kawasan Berikat Nusantara. Menurut dia, proses reklamasi Pulau G lebih rapi dibanding dengan lainnya. Karena telah mengeruk lumpur sedimentasi di sekitar pulau buatan.
AVIT HIDAYAT