TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono meninggal di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta. Sarlito meninggal pada usia 72 tahun.
Putra bungsu Sarlito, Dimas Aditya, mengatakan kondisi kesehatan ayahnya menurun sejak sepekan terakhir. "Pekan lalu (Senin, 7 November 2016) masih diminta Bareskrim untuk menjadi saksi ahli kasus Ahok," kata Dimas di rumah Sarlito di Perumahan Dosen UI Ciputat, Tangerang Selatan, Selasa, 15 November 2016.
Sementara itu, kata Dimas, pada Selasa pagi, 8 November 2016, Sarlito harus bertolak ke Singapura untuk menghadiri sebuah konferensi mengenai terorisme. "Bapak kalau sudah ada komitmen, dijaga sekali. Sakit-sakit itu pasti tetap dijalanin sama beliau," ujar dia.
Namun, rencana keberangkatan tersebut batal. Pilot pesawat menyatakan kondisi Sarlito begitu pucat sehingga dinilai tidak layak terbang. Akhirnya, Sarlito pun dibawa menuju klinik bandara dan dibawa ke Rumah Sakit Asri Siloam. "Karena dekat rumah dan beliau sudah sering berobat di situ untuk tembak batu ginjal."
Sarlito dirawat hingga Ahad, 13 November 2016, dan sempat membaik. Namun tak berlangsung lama dan harus dipindahkan ke RS Cikini. Hingga kini, kata Dimas, belum diketahui pasti penyebab meninggalnya Sarito. "Kita hanya bisa suspect, karena itu kan diagnosis lebih lanjut, butuh kondisi stabil," ujar dia.
Menjalani perawatan selama 26 jam di RS Cikini, Sarlito pun meninggal pada pukul 22.18. Rencananya, mantan Dekan Fakultas Psikologi UI ini bakal dimakamkan di Pemakaman Guru Tama Tonjong, Parung, hari ini.
Sarlito adalah pengajar di Fakultas Psikologi UI sejak 1968. Ia juga aktif menjadi anggota Lembaga Studi Strategis Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional. Sempat menjadi Dekan Fakultas Psikologi, Sarlito juga menjadi Ketua Kajian Ilmu Kepolisian UI.
ARKHELAUS W.