TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Operasional dan Pemeliharaan PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Agung Wicaksono mengatakan ada pergeseran stasiun MRT Sisingamangaraja dari titik semula sejauh 50 meter. Pergeseran dilakukan karena titik semula berdekatan dengan permukiman warga.
"Area itu bersinggungan dengan area permukiman masyarakat," kata dia di Balai Kota, Selasa, 31 Januari 2017. Jika bersinggungan dengan permukiman, menurut dia, pihaknya harus meminta dukungan dari penduduk setempat, sedangkan hal tersebut tak mudah.
Baca : Stasiun MRT Dibangun, Jalan Fatmawati Akan Ditutup
Pintu masuk MRT di stasiun Sisingamangaraja semula ingin dibangun tepat berdekatan dengan area concourse atau area tiket Transjakarta. Namun, area tersebut ternyata bersinggungan dengan area permukiman masyarakat. "Kalau di situ ada rumah warga yang elit, tidak mudah dapat dukungan karena akan ada pintu, tangga, dan eskalator ke stasiun. Otomatis akan ada kerumunan orang. Kumpulan orang akan di situ," ujarnya.
Meski begitu, kata Agung, pergeseran tersebut tidak membuat stasiun Sisingamangaraja dengan halte Transjakarta CSW rute Ciledug-Tendean yang terletak di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, tidak terintegrasi. Menurut dia, jarak antara keduanya hanya 125 meter.
Akses pintu MRT akan dibuat dua buah, di sebelah barat dan timur. Di kedua pintu masuk akan disediakan lift untuk menuju tempat pembelian tiket di level concourse. "Jadi pelanggan yang masuk dari pintu barat, akan lewat jalur Transjakarta. Jadi kurang terintegrasi apa?" kata Agung.
Baca: Pembangunan Stasiun MRT Haji Nawi Terhalang 3 Bidang Lahan
Penjelasan itu juga, kata Agung, sekaligus untuk mengklarifikasi pernyataan Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan yang menilai pembangunan halte Transjakarta CSW yang terletak di Jalan Trunojoyo tidak terinterintegrasi dengan mass rapid transit (MRT). Selain itu, jarak antara halte Transjakarta CSW dengan Stasiun MRT Sisingamangaraja dianggap cukup jauh.
Menurut Agung, jarak 125 meter masih dinilai ideal karena masih dalam kategori terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, di sisi stasiun MRT yang terletak di atas juga akan dibangun pesestrian atau jalur pejalan kaki. "Sehingga penumpang bisa berpindah moda tanpa harus lewat ground (turun ke jalan raya). Menurut kami, itu titik integrasi paling riil," ujarnya.
Agung mengatakan pergeseran juga dilakukan karena ada perhitungan kecepatan moda untuk menentukan lokasi stasiun. Perhitungan tersebut juga mengatur jarak antar stasiun diperkirakan harus berkisar pada jarak 800 hingga 1.000 meter. "Idealnya, stasiun MRT (Sisingamangaraja) memang di sana, agak bergeser. Kami juga mempertimbangkan transit oriented development. Supaya ada potensi kawasan baru yang bisa ditumbuhkan," kata dia.
Nantinya, Agung mengatakan integrasi moda transportasi berada pada level concourse. Ia mencontohkan lima moda transportasi akan berkumpul di Dukuh Atas, seperti Transjakarta, kereta Commuter Line, kereta Bandara, MRT dan Light Rail Transit (LRT). Agung menuturkan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) tengah menyiapkan masterplan integrasi yang tidak hanya fisik, tetapi juga sistem tiket.
LARISSA HUDA