TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan, mengatakan pembentukan tim sinkronisasi bertujuan membantunya dalam menyiapkan rencana kerja saat resmi menjabat gubernur nanti. Anies mengatakan tim ini berbeda dengan tim transisi yang dibuat Presiden Joko Widodo pada 2014 lalu.
"Beda. Kalau tim Jokowi-JK, transisi termasuk soal personalia. Termasuk orang-orang, mencarinya. Kalau ini, 100 persen pada menerjemahkan janji, termasuk program," katanya, Rabu, 10 Mei 2017.
Baca: Ahok Tolak Tim Transisi, Anies Bentuk Tim Sinkronisasi
Anies menjelaskan, tim sinkronisasi hanya bekerja beberapa bulan sebelum dia dilantik secara resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta. "Ini bukan lima tahun. Ini pekerjaannya sampai tersusun rencana program yang bisa dimasukkan ke diskusi soal anggaran," ucapnya.
Hal yang dilakukan tim ini nantinya akan membantu Anies-Sandi dalam membuat rencana kerja ke depan. Tim tersebut secara khusus akan menerjemahkan keinginan warga Jakarta menjadi sebuah rencana kerja.
Baca juga: Selain Tim Sinkronisasi, Anies Akan Bentuk Tim Aspirasi
"Ini tim untuk menerjemahkan 23 janji kerja itu. Lalu tim pengarah yang mengumpulkan aspirasi banyak sekali. Nanti ada pokja yang bekerja," ujarnya.
Anies menunjuk Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said, sebagai ketua tim sinkronisasi. Adapun anggota tim tersebut, yakni aktivis perempuan, Edriana Noerdin; mantan Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Eko Prasojo; Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta 2010-2013 Fadjar Pandjaitan; advokat HMBC, Rikrik Rizkiyana, pakar tata kota, Marco Kusumawijaya; mantan deputi di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), M. Hanief Arie Setyanto; dan Untoro Hariadi.
CHITRA PARAMAESTI
Baca: Alasan Anies Memilih Sudirman Said sebagai Ketua Tim Sinkronisasi