Disangka Preman, Anton Korban Salah Tangkap

Reporter

Editor

Kamis, 6 November 2008 23:20 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Siang itu mestinya jadi waktu yang menyenangkan buat Maya, 41 tahun, ibu rumah tangga dengan tiga anak. Warga Pondok Ungu, Bekasi Barat, ini biasa bercengkerama dengan anak balita yang baru berumur 6 bulan.

Tapi, Kamis (6/11) siang itu kegembiraan Maya harus terusik. Sebuah pesan singkat (SMS) masuk ke telepon selulernya, "Mamak, aku ketangkap polisi. Sekarang di Polres Jakarta Barat". Demikian bunyi SMS dari anaknya Anton, 17 tahun.

Maya pun terkesiap. Dengan gesit dia segera menitipkan sang bocah ke neneknya. Tujuannya, Polres Jakarta Barat. Dengan menggunakan angkutan umum, Maya meluncur ke Polres. Dia tiba di Polres pukul 17.00 WIB.

Maya melihat Anton berada di antara 224 preman jalanan yang dijaring Polisi. Muka Anton terlihat pucat. Ia masih mengenakan jaket jins biru dengan dalaman kaos coklat muda dan celana hitam. Tubuhnya gemetaran akibat belum makan seharian.

Melihat keadaan Anton, Maya terenyuh. Apalagi, bapaknya sedang bekerja di Riau. Ingin dia menghampiri anaknya yang sedang dikumpulkan Pak Polisi. Namun, apa daya polisi belum mengizinkannya. Alasannya, pendataan masih berlangsung.

Nasib Anton memang apes. Saat itu ia bersantai bersama empat orang temannya pada Rabu (5/11) malam di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Dia tengah bermain gitar ketika sekonyong-konyong sejumlah polisi mengerebek mereka. Menurut dugaan polisi, mereka adalah kawanan preman yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat.

Gesitnya para polisi mengejar kelompoknya, membuat Anton dan kawan-kawan tak sempat melarikan diri. Dia pun tertangkap dan dibawa ke Kantor Polres Jakarta Barat.

Sadar tidak bisa berbicara secara langsung, Maya pun menggunakan ponsel untuk berkomunikasi dengan anaknya. "Mamak pulang saja, besok jemput di Kedoya sambil bawa surat kartu keluarga dan surat keterangan dari RT/RW," bunyi SMS Anton lagi.

Sebenarnya Maya ingin sekali bertemu anak sulungnya yang sudah dua hari tidak pulang ke rumah itu. Apalagi dia tahu Anton tidak membawa uang, dan kelaparan pula. "Mau kasih duit, takut diminta teman-temannya," kata Maya.

Melihat anaknya terus komat-kamit meminta Maya pulang, akhirnya dengan berat hati dia pun meninggalkan anaknya itu.

Rina Widiastuti

Berita terkait

Kronologi Intimidasi Petani di Pakel Banyuwangi Diduga oleh Pihak Perkebunan Bumisari, Ada Todongan Senjata hingga Suara Tembakan

53 hari lalu

Kronologi Intimidasi Petani di Pakel Banyuwangi Diduga oleh Pihak Perkebunan Bumisari, Ada Todongan Senjata hingga Suara Tembakan

Diduga preman dan sekuriti PT Perkebunan dan Dagang Bumi Sari Maju Sukses melakukan serangan dan intimidasi terhadap petani Desa Pakel Banyuwangi.

Baca Selengkapnya

Petani Desa Pakel Banyuwangi Diduga Dikeroyok Preman dan Sekuriti PT Bumi Sari, Ini Kata Walhi Jatim

56 hari lalu

Petani Desa Pakel Banyuwangi Diduga Dikeroyok Preman dan Sekuriti PT Bumi Sari, Ini Kata Walhi Jatim

Sebelum dugaan penganiayaan ini terjadi, Wahyu menyebut sejak dulu PT Bumi Sari kerap meneror warga Desa Pakel.

Baca Selengkapnya

Lokataru Ungkap Kronologi Diduga Preman Intimidasi Mahasiswa saat Demo di MK Sehari Sebelum Pemilu

18 Februari 2024

Lokataru Ungkap Kronologi Diduga Preman Intimidasi Mahasiswa saat Demo di MK Sehari Sebelum Pemilu

Lokataru mengungkap kronologi kekerasan terhadap mahasiswa saat demo di Geudng MK sehari sebelum pemilu.

Baca Selengkapnya

Ketua BEM Universitas Trilogi Ungkap Kondisi Korban Kekerasan Diduga oleh Preman saat Rapat Demo Pemakzulan Jokowi

10 Februari 2024

Ketua BEM Universitas Trilogi Ungkap Kondisi Korban Kekerasan Diduga oleh Preman saat Rapat Demo Pemakzulan Jokowi

Salah satu Mahasiswa Universitas Trilogi mendapat kekerasan fisik hingga memar di dahi. Ketua BEM akui rekannya masih cemas.

Baca Selengkapnya

Intimidasi di Universitas Trilogi, Lokataru Bakal Lapor Polisi

5 Februari 2024

Intimidasi di Universitas Trilogi, Lokataru Bakal Lapor Polisi

Delpedro Marhaen menyatakan Lokataru dan koalisi akan melaporkan dugaan intimidasi di Universitas Trilogi oleh sekelompok preman yang melarang demo.

Baca Selengkapnya

Puluhan Massa Orasi di Depan Kantor YLBHI dan KontraS, Minta Isu Pemakzulan Jokowi Dihentikan

5 Februari 2024

Puluhan Massa Orasi di Depan Kantor YLBHI dan KontraS, Minta Isu Pemakzulan Jokowi Dihentikan

Kantor YLBHI dan KontraS didatangi sejumlah massa yang meminta mereka menghentikan penggaungan isu-isu penyelematan demokrasi.

Baca Selengkapnya

Cerita di Balik Rapat Mahasiswa Diintimidasi 15 Preman, Dilarang Mendemo Jokowi

5 Februari 2024

Cerita di Balik Rapat Mahasiswa Diintimidasi 15 Preman, Dilarang Mendemo Jokowi

Belasan preman mengintimidasi mahasiswa di sekitar Universitas Trilogi, Jakarta. Mereka dipaksa bubarkan diskusi membahas demo pemakzulan Jokowi.

Baca Selengkapnya

Massa Datangi Lokasi Penembakan Anggota Ormas Islam di Colomadu, Desak Polisi Usut Kasus dan Tangkap Pelaku

28 Januari 2024

Massa Datangi Lokasi Penembakan Anggota Ormas Islam di Colomadu, Desak Polisi Usut Kasus dan Tangkap Pelaku

Ormas Islam di Solo berencana beraudiensi dengan polisi untuk memberikan dukungan terhadap pemberantasan premanisme.

Baca Selengkapnya

1 Tewas Dalam Bentrokan Dua Kelompok Preman di Pasar Baru Bekasi, Dipicu Pemalakan Pedagang

28 Desember 2023

1 Tewas Dalam Bentrokan Dua Kelompok Preman di Pasar Baru Bekasi, Dipicu Pemalakan Pedagang

Kedua preman sudah ditahan di Polres Metro Bekasi Kota karena melakukan penusukan hingga korban meninggal.

Baca Selengkapnya

Kronologi 5 Pengamen di Bekasi Keroyok dan Hantam Preman Pakai Batu, Korban Kritis

16 November 2023

Kronologi 5 Pengamen di Bekasi Keroyok dan Hantam Preman Pakai Batu, Korban Kritis

Polsek Bantargebang kini masih memburu empat pengamen yang kabur usai mengeroyok korban.

Baca Selengkapnya