TEMPO.CO, Depok - Deborah Dewi, grafolog American Handwriting, kembali dipanggil penyidik Polresta Depok untuk membeberkan hasil penelitiannya terhadap tulisan yang ditemukan di kamar Akseyna Ahad Dori, Kamis, 4 Juni 2015.
Ia memastikan bahwa tulisan yang menjadi salah satu barang bukti tersebut ditulis oleh dua orang. "Iya benar, ada dua penulis. Yang pertama ditulis Akseyna," kata Deborah.
Deborah dimintai keterangan penyidik sejak pukul 09.00-17.00 WIB di Polresta Depok. Namun Deborah ogah membeberkan lebih lanjut keterangan yang diberikan kepada pihak kepolisian kepada awak media.
"Saya belum bisa memberikan pernyataan apa pun. Masih menjadi penelitian. Minta saja ke penyidik apa yang saya beberkan tadi," kata Deborah.
Polres Depok masih mengunci informasi untuk kasus ini. Saat dimintai keterangan, salah satu penyidik Polresta Depok bergeming. "Tanya saja ke Dirkrimum. Kapolres saja tidak boleh memberi komentar," kata salah seorang penyidik, yang mendampingi Deborah pulang.
Pada Minggu, 30 Maret 2015, salah seorang sahabat Akseyna menemukan tulisan berbunyi, "Will not return for eternity please don't searc for existance my apologies for everithing" di kamar nomor 208 di Wisma Widya, tempat Akseyna indekos.
Diberitakan sebelumnya, berdasarkan analisis Deborah, tulisan tangan yang ditemukan di kamar Akseyna ditulis oleh dua orang. "Tulisan pertama identik dengan tulisan almarhum, sementara ada bagian tulisan tangan dan tanda tangan yang dibuat orang lain," kata Deborah.
Temuan tersebut diperoleh Deborah setelah melakukan pembesaran mikroskopik 200 kali terhadap tulisan Akseyna. Proses analisis dilakukan Deborah selama dua minggu. Deborah membandingkan tanda tangan Ace dalam surat wasiat dengan 39 tanda tangan asli yang terdapat dalam dokumen-dokumen pribadi.
Deborah menemukan beberapa hal yang janggal dalam surat wasiat Ace. Karena itu, ia curiga surat wasiat tersebut bukan ditulis Ace seorang. "Bagian yang dicoret dan direvisi berikut penambahannya serta tanda tangan yang ternyata berbeda setelah dianalisis dengan pembesaran mikroskopik," ujar Deborah.
IMAM HAMDI