Cerita Detail Anita Cepu Ikut Teddy Minahasa Operasi Penyergapan 2 Ton Sabu dari Myanmar
Reporter
M. Faiz Zaki
Editor
Iqbal Muhtarom
Rabu, 1 Maret 2023 11:47 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Linda Pujiastuti alias Anita alias Anita Cepu mengungkapkan dirinya pernah ikut operasi pengungkapan penyelundupan dua ton sabu dari Myanmar pada 2019. Dia bersama eks Kapolda Sumatera Barat Inspektur Jenderal Teddy Minahasa Putra berangkat setelah informasi pengiriman narkoba itu didapatkan.
"Saya itu chat kepada terdakwa, saya bilang 'Pak Teddy, saya ada info besar'. Mau ada narkoba jenis sabu masuk Indonesia dua ton," kata Anita kepada Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, 27 Februari 2023.
Kala itu dia berkunjung ke kantor Teddy untuk membahas informasi tersebut. Lalu Teddy mengajukan surat izin kepada Kapolri saat itu Jenderal Muhammad Tito Karnavian.
Dia tidak mendetailkan bulan apa percakapan langsung itu terjadi, tetapi sekira tiga minggu kemudian Teddy menghubungi Linda kembali. Jenderal bintang dua itu mengabarkan bahwa operasi telah disetujui.
Seingat Anita, saat itu operasi diikuti oleh Teddy Minahasa dan Inspektur Jenderal Midi Siswoko, bersama anggota Densus 88 serta Anak Buah Kapal atau ABK berangkat ke Batam. Sekarang posisi Midi menjabat sebagai Kapolda Maluku.
Anita Cepu ungkap soal penyisihan 100 Kg sabu
<!--more-->
"Dari situ kami intens hubungan dekat, akhirnya kami berangkat ke Batam, kami pinjam kapal Polair Baladewa. Waktu itu kaptennya Kapten Dani," ujar Anita.
Dia bersama rombongan polisi mengarungi Laut Cina Selatan sekira dua bulan setengah. Tetapi mereka naik turun dari kapal dan tidak intens di tengah laut.
Namun selama pertengahan operasi belum ada hasil dan Midi Siswoko disebut pulang lebih dulu karena ada tugas lain. Setiap sore, kata Anita, mereka selalu membahas soal operasi tersebut di ruang televisi.
Ada satu momen yang Anita klaim hanya ada dia dengan Teddy di ruang tersebut. Kemudian jenderal bintang dua itu diduga meminta menyisihkan sabu jika penangkapan berhasil.
"Nanti kalau rezeki kita menangkap ini kita sisihkan ya 100 kilo. Saya cuma bisa bilang 'Iya Pak Teddy'. Saya tanya lagi, 'Nanti kalau ditanya orang kapal bagaimana?' Bilang aja bahwa cepu yang di kapal itu minta 100 kilo," tutur Anita saat menirukan percakapan kala itu.
Anita Cepu terbayang ancaman mafia narkoba asal Myanmar
<!--more-->
Setelah percakapan itu, Anita terpikirkan risiko besar dari penyisihan tersebut. Apabila diminta menjual, dia terpikirkan ancaman oleh mafia narkoba dari Myanmar.
Akhirnya operasi itu sengaja Anita gagalkan dengan menyuruh orang yang berada di kapal pembawa dua ton sabu itu kembali ke Myanmar. Sebelum putar balik, penyelundup itu disuruh menunggu di Perairan Andaman dengan alasan menunggu sampai aman.
Anita berkomunikasi langsung dengan penyelundup narkoba di kapal tersebut menggunakan handphone-nya. Akhirnya operasi itu pun dibatalkan setelah para pelaku putar balik.
"Kalau sampai terjadi itu rezeki sampai kami sisihkan 100 kilo itu. Kami menjualnya, mafia yang di Myanmar itu tahu barang dia dan saya yang menjualnya, habislah kami tujuh turunan," kata Anita
Dia mengaku lebih baik dimarahi Teddy Minahasa daripada diincar oleh mafia narkoba. Walau begitu, Anita juga mengaku meminta maaf kepada Teddy dan dianggap sudah dimaafkan.
Teddy Minahasa bantah ada permintaan penyisihan 100 kilogram sabu
<!--more-->
Teddy Minahasa membantah kesaksian Anita soal permintaan penyisihan 100 kilogram sabu dari jumlah dua ton. Dia beralasan bahwa tidak adanya bukti dan tidak sesuai pokok perkara peredaran lima kilogram sabu dari Bukittinggi, Sumatera Barat.
Selain itu juga tidak mungkin penyisihan dilakukan karena banyak saksi yang berada di kapal. "Itu cerita rekayasa dari siapa? Mana faktanya? Saksinya siapa ketika saya bilang begitu?" kata Teddy dalam kesempatan yang sama saat sidang.
Kemudian Anita menegaskan tidak ada saksi selain mereka berdua. "Gimana ada saksi, kita mau curi ada saksi? Kita hanya berdua," jawab Anita.
Fakta ini, kata Anita, baru diungkap pertama kali di persidangan. Teddy menganggap Anita tidak mengerti di mana posisi Laut Cina Selatan dan Perairan Andaman.
Anita mengakui tidak tahu letaknya sesuai peta dan hanya mengatakan dapat informasi ada penyelundupan dari Myanmar, berdasarkan informan dari Vietnam. Posisi pantauan mereka ternyata jauh dengan titik yang disebutkan oleh Anita, yaitu di Perairan Andaman.
Karena ulah Anita, Teddy merasa marah dan dipermalukan. "Saya agak tinggi emosinya karena dipermalukan di depan pasukan sebegitu banyak, dibohongi," tutur Teddy Minahasa.
Pilihan Editor: Dicecar Hotman Paris, Anita Cepu Mengaku Kerja di Spa Penyedia Layanan Pijat Plus-plus