TEMPO Interaktif, Jakarta -Puluhan pedagang kaki lima menggelar aksi di depan kantor Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran hari ini. Mereka mendesak pihak pengelola tetap menyediakan lahan bagi mereka untuk berdagang.
"Kami mempertanyakan rencana pihak pengelola yang akan menggusur keberadaan PKL," ujar Welly, salah seorang perwakilan pedagang usai pertemuan dengan pihak pengelola.
Rencana penggusuran disampaikan pihak pengelola kepada ratusan pedagang melalui surat tertanggal 22 November lalu. Dalam surat tersebut, pengelola Kemayoran meminta para pedagang untuk meninggalkan kawasan jalur hijau yang saat ini mereka tempati lantaran bertentangan dengan Peraturan Daerah No. 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Welly mempertanyakan keputusan itu lantaran sejak awal pihak pengelola pernah memberikan izin kepada warga gusuran Kemayoran untuk berdagang di sekitar lokasi tersebut.
Nyatanya, kata dia, sejak beberapa pekan terakhir, aktivitas mereka dibatasi hanya pada jam-jam tertentu saja. "Kami sudah dilarang berjualan pada siang hari. Saat ini kami hanya bisa berdagang sejak jam 5 sore hingga 5 pagi," katanya.
Aksi dilakukan puluhan pedagang yang tersebar disekitar Masjid Akbar, Kemayoran. Mereka datang dengan didampingi perwakilan organisasi masyarakat menjelang sore. Namun sayang, niat mereka untuk bertemu Direktut PPKK, Hendardji Supandji, kandas. Adik kandung mantan Jaksa Agung Hendarman Supandji itu tidak bisa ditemui lantaran sedang berada di China.
Kepala Divisi Pengamanan dan Bina Lingkungan,Sukisno, yang menemui perwakilan demonstran membenarkan adanya surat tersebut. Menurut dia, surat teguran itu sebenarnya sudah dilayangkan berulang kali kepada para pedagang. Namun, peringatan itu kerap diabaikan. "Kami juga sudah menertibkan mereka berulangkali. Namun selalu saja muncul kembali," katanya.
Penertiban tersebut, kata Sukisno, merupakan langkah yang ditempuh pihak pengelola guna menciptakan ketertiban kawasan yang bertaraf internasional. Dari sekitar 454 hektar lahan yang dikelola PPKK, saat ini setidaknya terdapat sekitar 600 pedagang kaki lima. Mereka menempati sekitar 30 persen jalur hijau yang berada disejumlah pedestrian dan badan jalan di sekitar Masjid Akbar, Jiung, PRJ dan PLN.
RIKY FERDIANTO