TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar pukul 19.00, fenomena gerhana bulan malam ini, yang total dan langka karena bersamaan dengan supermoon, mulai terjadi dan menarik minat ratusan warga untuk menyaksikannya.
Salah satu tempat yang dipadati adalah Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Ratusan warga berduyun-duyun mendatangi pelataran Theater Jakarta, tempat teropong ditempatkan untuk menyaksikan peristiwa super langka gerhana bulan merah.
Baca : 3 Kunci Memotret Fenomena Gerhana Bulan dengan Kamera Ponsel
Sekelompok remaja, misalnya, datang berempat untuk melihat fenomena alam tersebut. "Gerhana bulan ini fenomena yang langka. Karena lihat di Instagram tentang gerhana, jadi tertarik nonton, deh," kata Ryan, 18 tahun, salah satu dari empat sekawan tersebut, Rabu, 31 Januari 2018.
Lain lagi alasan Iin, rekannya, dari Madrasah Aliyah Al Falah, "Senang sama bulan. Suka lihat tiap malam. Penasaran saja supermoon itu kayak apa," ujarnya.
Warga yang datang menonton tidak hanya membawa teman sekolah, tapi juga keluarga. Seperti Fauzi, 38 tahun, yang membawa istri dan seorang anaknya. Fauzi memilih menonton di Planetarium, yang berada di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, karena dianggap lebih dekat dengan tempat tinggalnya. "Paling dekat dengan rumah, sih. Saya tinggal di Pondok Kelapa," ucapnya.
Fauzi tampak menggandeng putrinya, Naura, yang tengah sekolah di TK B. Ketika ditanya apakah akan menonton gerhana bulan hingga tengah malam, Naura tampak tidak bermasalah. "Tidak apa," tutur Naura.
Aher: Gerhana Bulan sebagai Media Pembelajaran
Sebelumnya, sekitar pukul 17.30, ratusan warga yang telah mendaftar untuk melihat gerhana melalui teropong secara gratis tengah menunggu acara dimulai. Warga yang berminat dipersilakan mendaftar lebih dulu.
Pihak Planetarium menyediakan sembilan teropong yang dapat digunakan untuk umum buat menyaksikan gerhana bulan malam ini. Saat mendaftar, pengunjung terbagi dalam sembilan jalur pendaftaran yang akan disesuaikan dengan nomor teropong yang bakal dipergunakan.