TEMPO.CO, Jakarta -Banyak Warga di RW7, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mulai sibuk membersihkan rumah mereka setelah banjir Jakarta menerjang pada Senin-Selasa lalu.
Mila, 42 tahun, warga RT17 RW7 Pejaten Timur, mengatakan banjir mulai menerjang sejak Senin pagi, dan terus naik volumenya pada sore hingga malam hari. "Tadi siang sudah mulai surut. Sebagian warga sudah membersihkan lumpur," kata Mila, Selasa 6 Februari 2018, tentang bencana banjir Jakarta di wilayahnya.
Dia menuturkan ketinggian air di rumahnya lebih dari 3 meter. Bahkan, lantai dua di rumahnya juga terendam sampai sepinggang orang dewasa. Menurut dia, banjir kemarin hampir sama seperti kejadia pada tahun 2007.
Baca : Anies Baswedan Pantau Banjir Jakarta di Kampung Melayu
"Jarang banjir seperti ini. Terakhir 2013, tapi cuma sampai dua meter," ucap Mia yang rumahnya berjarak hanya 10 meter ke bibir Kali Ciliwung. Ia menuturkan banjir memang kerap terjadi jika Kali Ciliwung meluap. Namun, biasanya banjir tidak sampai semeter kalau luapannya tidak terlalu tinggi.
Menurut dia, banjir kali ini cukup besar dampaknya karena imbas siklus lima tahunan. Beruntung, kata Mila, barangnya sudah sempat di evakuasi ke lantai dua rumahnya. "Cuma buku anak sekolah aja yang terendam karena awalnya tidak menyangka banjir sampai naik ke lantai dua rumah saya," ucapnya.
Lebih lanjut Mila mengatakan dampak banjir seperti kemarin baru bisa dibersihkan sampai sebulan. Apalagi, kata dia, listrik di permukimannya juga dimatikan oleh petugas PLN. "Saya mengungsi di Masjid. Sebab, perkiraan bisa sebulan untuk membersihkan rumah dari lumpur, dan menunggu listrik" ucapnya.
Warga lainnya, yang berada di RT17 RW7 Pejaten Timur, Umi Pujiatun, 46 tahun, tidak sempat mengevakuasi barang miliknya, sebingga terendam banjir. "Saya tidak mengira kalau banjirnya setinggi ini," ucapnya.
Ia menuturkan banjir di rumahnya bahkan sampai ketinggian 4 meter. Soalnya, ketinggian air sampai sedada orang dewasa di lantai dua rumahnya. "Sekarang saya mengungsi dulu ke Masjid Al Makmur yang di sediakan relawan," ucapnya.
Umi telah enam tahun mengontrak di pinggir Kali Ciliwung di Pejaten Timur. Meski kawasan tersebut menjadi langganan banjir nyaris setiap tahun, tetapi Umi enggan pindah dari sana. "Di sini murah. Cuma Rp 350 ribu per tahun," ucapnya.
Akibat terjangan banjir Jakarta, Umi mengungsi bersama dua orang anak dan suaminya di Masjid Al Makmur dekat lokasi tersebut. Kemarin Umi mengaku baru mendapatkan bantuan berupa sembako dari anggota TNI dan Polri. "Ada juga relawan yang memberikan makan dari kemarin."