Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sedikitnya delapan rumah di Jl Kampung Gedong Pompa, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara roboh setelah diterjang gelombang pasang. Gelombang air mulai meninggi sejak pukul 07.00 WIB dan mencapai puncaknya sekitar pukul 11.00 WIB, Ahad (25/11). "Di rumah saya sampai dua meter," ujar Nuryo, 50 tahun, warga RT 19/17 Kelurahan Penjaringan.Nuryo yang sedang bersama istri dan anak bungsunya dikejutkan oleh runtuhan tembok dan lantai teras rumahnya. Peristiwa itu memaksa Nuryo keluar menyelamatkan keluarga dengan berenang ke aliran Kali Hitam yang berada persis di belakang rumah.Nuryo lalu berkumpul bersama sekitar 60 warga yang sudah mengungsi di tenda darurat yang telah didirikan oleh petugas Suku Dinas Bintal dan Kesos Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara di halaman pabrik PT ISMI sejak tiga hari lalu.Ketika air mulai reda, Nuryo terperanjat lantaran lantai rumahnya amblas dan langsung berhubungan dengan tebing sungai. Tak ada perabotan rumah yang sempat ia selamatkan. Sebagian besar hancur dan hanyut dibawa air.Musibah juga dialami oleh Rifai, 39 tahun, warga RT 20/17 Kelurahan Penjaringan. Rumah semi permanen yang terbuat dari susunan papan hancur parah. "Yang sempat saya selamatkan cuma surat-surat berharga," kata dia.Air mulai surut sekitar pukul 13.00 WIB, dan masih menggenang di beberapa titik hingga Ahad sore. Pasokan listrik ke rumah warga belum sepenuhnya normal. Warga yang kehilangan tempat tinggal untuk sementara menginap di rumah tetangga.Warga yang terjebak air terpaksa menggunakan jasa becak atau bus umum. Luapan air juga memaksa para pemilik kendaraan roda dua menggunakan jasa gerobak pengangkut motor dengan kisaran biaya Rp 20-50 ribu sekali menyeberang, yang dihitung berdasarkan jarak.Untuk menghindari kejadian serupa, Nuryo mendesak pemerintah Jakarta untuk meninggikan tanggul penahan ombak di sepanjang bibir pantai. "Seharusnya memang ditinggikan. Di Muara Baru saja sudah ada yang jebol," katanya. Riky Ferdianto
Iklan
