TEMPO.CO, Tangerang -Besok, 19 November 2018, dunia memperingati sebagai Hari Toilet Sedunia (World Toilet Day), sebagai kampanye untuk menggerakkan penduduk dunia tentang pentingnya sanitasi.
Soal urusan buang hajat atau buang air besar (BAB), warga Kampung Pangsor, Desa Sangiang, Kabupaten Tangerang hanya ada dua pilihan tanpa toilet, yakni BAB di pinggir kali atau di sawah.
Baca : Cerita 50 Keluarga di Desa Kelor Kabupaten Tangerang Berebut 1 Toilet Umum
Baca Juga:
Untuk buang air besar di kali, mereka menggunakan kakus seadanya berupa bambu dan dinding triplek diselubungi terpal diatas permukaan air dan dipinggir kali. Adapun kalau di kebun atau sawah mereka lakukan secara terbuka tanpa penutup apapun.
"Udah biasa, di sawah atau di kali," ujar Wawan, 30 tahun, warga RT 002, RW 03, Sangiang kepada Tempo Sabtu, 17 November 2018.
Bersama istri dan dua orang anaknya, Wawan tinggal di rumah permanen, tapi tidak ada toiletnya. " Memang tidak ada toiletnya, disini semua rumah begitu, kalau urusan BAB tinggal lari saja ke sawah atau Kali," katanya. Untuk BAB ke kali, Wawan harus berjalan melewati gang sekitar 20 meter. Kali yang dimaksud adalah saluran irigasi yang berada di pinggir kampung itu.
Berdasarkan pengamatan Tempo, belasan bilik kakus atau dikenal dengan sebutan 'helikopter' berjejer di Kali itu. "Memang sejak nenek moyang kami dulu, sudah begini (BAB di Kali atau di Kebun," kata Saroh, 48 tahun warga lainnya.
Selain 'helikopter', warga juga kadang menggunakan lahan sawah dan perkebunan bambu, pisang yang ada di sekitar kampung itu. "Udah biasa jadi gak malu lagi,"kata Saroh. Sawah dan kebun berjarak sekitar 5 meter dari rumah Saroh.
Simak : Dinas Kesehatan: 27 Persen Warga Kabupaten Tangerang BAB Sembarangan
Selain dijadikan untuk tempat buang hajat, warga juga menggunakan Kali itu untuk mandi dan cuci pakaian. Di dekat jamban terapung itu, warga setempat telah menyiapkan tempat khusus untuk mencuci dan mandi, lengkap tempat menggilas cucian dan jemurannya.
Bilik kakus buatan diatas kali atau sungai yang lebih dikenal sebagai “helikopter” masih marak di Desa Sangiang, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang yang masih memiliki kebiasan buang air besar di sungai. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Desa Sangiang, Sepatan adalah satu dari puluhan desa di wilayah Kabupaten Tangerang yang saat ini belum mendapatkan akses sanitasi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang hingga Oktober 2018 ini sekitar 27,2 persen dari 3,4 juta warga di wilayah itu untuk urusan buang hajat masih sembarangan.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Desriana Dinardianti jika dibandingkan tahun 2012 lalu jumlah warga Kabupaten Tangerang yang buang air sembarangan sudah banyak mengalami perubahan walaupun belum mencapai universal akses.
Baca juga :
Mayat Pria Bugil di Sebuah Drum Gegerkan Warga Klapanunggal Bogor
Hal ini, kata Desriana dibuktikan dengan peningkatan akses sanitasi atau jumlah yang buang air besar di WC dari 66, 6 persen di tahun 2012 menjadi 72.18 di ditahun 2017. "Dan akses saat ini Oktober 2018 mencapai 72,8 persen," kata Desriana.
Desriana mengakui sebaran warga yang masih BAB sembarangan karena akses sanitasi (toilet bersih maupun MCK) masih dibawah 50 persen yaitu di Kecamatan Jambe, Jayanti, Kronjo, Rajeg dan Pakuhaji. Sementara untuk akses diatas 50 persen, kata Desriana, termasuk Sepatan dan Sepatan Timur. "Semua prioritas, saat ini akses sanitasi susah mencapai 271 desa dan kelurahan," katanya.