TEMPO.CO, Jakarta - Nurhayati, korban pembunuhan di Apartemen Green Pramuka City, ternyata adalah tulang punggung keluarga. Perempuan 36 tahun itu rutin mengirimkan uang untuk menghidupi keluarganya.
Baca: Pembunuhan di Green Pramuka, Polisi Ikuti Petunjuk dari CCTV
“Sekitar 20 menit sebelum di bunuh, dia kirim pesan akam mengirim uang makan untuk sepekan,” kata Nurlaila, kakak Nurhayati saat ditemui di kediamannya, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa, 8 Januari 2019.
Nurlaila mengatakan, Nurhayati adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Namun ia memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Setelah usaha keluarga bangkrut, Nurhayatilah yang paling sering memenuhi kebutuhan hidup kakak-kakaknya.
Menurut Nurlaila, adiknya masih bernafas saat dibawa ke rumah sakit oleh polisi. Kepada seorang polisi, Nurhayati masih sempat berkata, “Tolong selamatkan nyawa saya, Pak. Saya tulang punggung keluarga,” kata Nurlaila menirukan ucapan adiknya.
Cerita itu ia dapat dari polisi yang menangani kasus ini. Polisi datang ke rumah Nurlaila untuk mengabarkan bahwa Nurhayati telah menjadi korban kejahatan.
Baca: Pembunuhan di Apartemen Green Pramuka, Nurhayati Sempat Berteriak
Pembunuhan terhadap Nurhayati terjadi pada 5 Januari lalu. Ia diserang oleh seorang pria bersenjata tajam di lantai 16 tower Chrysant, Apartemen Green Pramuka City. Belakangan polisi menangkap Haris Prasnastyadi dan menetapkan pemuda 24 tahun itu sebagai tersangka.