TEMPO.CO, Bogor – Insiden ledakan granat terjadi di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor pada 14 Februari 2019. Tiga bocah menjadi korban. Dua di antaranya tewas.
Baca: Kronologis Tiga Anak Kena Granat TNI: Dipukul Hingga Meledak
Camat Cibungbulang Yudi Nurzaman mengatakan insiden itu terkait dengan adanya lapangan tembak yang sering digunakan oleh TNI dan Polri untuk berlatih. “Kejadian serupa sudah serintg. Sebab masyarakat bebas masuk ke lapangan tembak,” kata Yudi, 16 Februari 2019.
Yudi berharap pengelola lapangan tembak dapat membahas masalah ini agar kejadian serupa tidak terulang. “Saya berharap pada jajaran TNI/Polri untuk segera membangun, misalnya pagar penghalang, atau memperketat penjagaan agar masyarakat tidak mudah ke lapangan tembak,” kata Yudi.
Kepala Desa Ciaruteun Ilir, Supandi mengatakan, sedikitnya ada empat insiden yang pernah menimpa masyarakat sekitar. “Ada yang kena peluru nyasar, tapi tidak sampai makan korban jiwa,” kata Supandi.
Menurut Supandi, lapangan tembak dengan permukiman penduduk hanya berjarak beberapa ratus meter saja. Masyarakat pun setiap saat dengan mudah masuk ke lokasi latihan. “Bahkan, banyak masyarakat yang mencari selongsong peluru sisa latihan untuk di jual lagi,” kata Supandi. “Saya memohon diberikan batas area, supaya tidak terjadi hal ini lagi.”
Tiga orang bocah yang menjadi korban ledakan dalam insiden 14 Februari lalu adalah Muhammad Ibnu Mubarok, 10 tahun, Muhammad Doni (14) dan Khoirul Islami (10).
Awalnya Mubarok menemukan granat jenis GLM saat sedang menyusuri lapangan tembak. Karena ketidaktahuan, Mubarok membawa pulang granat itu. Ia memainkan benda itu di depan Doni dan Khoirul. Granat itu dipukul menggunakan batu hingga meledak.
Baca: Tewaskan Dua Bocah Bogor, Begini Beda Granat Tangan dan GLM
Akibat ledakan granat itu, Mubarok meninggal di lokasi akibat luka parah di kepala. Sedangkan Doni meninggal di rumah sakit dan Khoirul masih kritis di RSUD Leuwiliang.