TEMPO.CO, Jakarta - Hari Buruh atau May Day di Jakarta sempat memanas. Kericuhan terjadi antara massa buruh yang merangsek untuk menuju Istana Negara di kawasan Tosari, Jakarta Pusat, Rabu, 1 Mei 2019. Kericuhan terjadi lantaran polisi tetap menahan massa yang ingin melewati Bundaran Hotel Indonesia menuju Istana Negara.
Baca juga: May Day, Prabowo Disambut Yel-yel Presiden
Pantauan Tempo buruh terus mendorong polisi untuk merangsek menuju Bundaran HI. Polisi dengan tameng terus mempertahankan massa agar tidak masuk ke barikade mereka. Sejumlah pagar pembatas besi di separator Jalan Transjakarta roboh karena terdorong massa.
Aksi saling dorong tersebut hanya terjadi beberapa menit. Koordinator massa langsung membendung massa yang mulai merangsek masuk.
Melalui pengeras suara, koordinator meminta massa buruh tidak terpancing dan membuat kerusuhan. Menurut dia, koordinator aksi telah mengirim utusan untuk berkomunikasi dengan polisi agar dibolehkan menuju Istana Negara.
"Saat ini sudah 25 menit tim bernegosiasi, kita tunggu hasilnya."
Ketua Umum KPBI Ilham Sah mengatakan bakal tetap jalan menuju Istana Negara untuk menyampaikan aspiasi di May Day 2019. "Polisi masih menghalangi. Kami akan tetap jalan," kata Ilham saat ditemui.
Ia menuturkan telah berusaha berkoordinasi kepada pihak kepolisian agar dibolehkan jalan melewati Bundaran Hotel Indonesia untuk menuju Istana Negara. Menurut dia, semestinya polisi tidak boleh menghadang massa aksi untuk menuju Istana. "Kami akan melakukan aksi damai," ucapnya.
Ilham menyatakan tidak mau memperingati May Day di Senayan seperti arahan petugas karena ingin langsung bertemu presiden Joko Widodo. Menurut dia, Istana merupakan simbol tertinggi dalam membuat kebijakan. "Ini malah kami dihambat."
Baca juga: May Day, Buruh Tunggu Jokowi di Patung Kuda
Ia menuturkan bakal menyampaikan aspirasi melalui May Day terkait dengan perlindungan negara terhadap kaum buruh dan kebebasan berserikat. "Kami juga menuntut upah layak dan diperlakukan manusiawi."