TEMPO.CO, Tangerang - Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang, Ahmad Taufik mengatakan penyebab belasan santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah di Pasar Kemis mengalami gejala keracunan belum juga diketahui. Dinas sebelumnya telah menurunkan tim untuk melakukan pemeriksaan.
"Dan kalau melihat fakta di lapangan juga belum bisa disimpulkan," kata Taufik kepada Tempo, Rabu, 4 September 2019.
Sekitar 15 siswa SMPIT Ponpes Nurul Hikmah sebelumnya menjalani perawatan di Puskesmas Pasar Kemis sejak Senin malam, 2 September hingga Selasa siang, 3 September 2019 diduga akibat keracunan. Peristiwa ini adalah yang kedua kalinya terjadi dalam sepekan ini. Sebelumnya, ada 14 orang santri Ponpes Nurul Hikmah yang juga sempat dirawat karena diduga keracunan limbah B3. Mereka mengeluh mual dan pusing setelah menghirup udara di sekitar.
Berdasarkan fakta lapangan yang ditemukan DLHD Kabupaten Tangerang, Taufik mengatakan perusahaan industri yang disinyalir sebagai penyebab keracunan berjarak 1,2 kilometer dari Ponpes. "Sedangkan warga yang terdekat tidak terkena dampak, baik anak bayi maupun orang dewasa," kata dia.
Selain itu, Taufik menyebut ada industri lain yang lokasinya di Desa Karet, Kecamatan Sepatan. Jaraknya sekitar 700 meter dari ponpes. "Di sekitar itu banyak warga yang tinggal, tapi warga yang terdekat enggak terkena dampaknya," ujarnya.
Dalam ponpes sendiri, kata Taufik, dari 60 santri, hanya 15 orang yang keracunan. "Ponpes udah 15 tahun, tapu baru kali ini ada yang sakit massal. Sementara perusahaan yang disinyalir juga sudah lama berdiri," kata dia.
Meski tim DLHK belum menemukan adanya indikasi limbah industri dalam dugaan keracunan ini, Taufik memastikan pihaknya akan bertindak profesional dalam menyikapi masalah ini. "Kami uji lab, baik air dan udara sekitar.Tapi hasilnya 10 hari kemudian," ujarnya.
Sementara itu, pengasuh Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Nanang mengatakan dugaan keracunan udara yang dialami oleh belasan santri ponpes itu terjadi secara tiba tiba. "Tahu-tahunya pada sesak nafas, mual dan pusing," ujarnya saat ditemui di ponpes, Selasa, 3 September 2019.
Saat kejadian, kata Nanang, para santri juga sedang melakukan kegiatan rutin seperti belajar dan mengaji. "Dan sejauh ini keracunan seperti ini baru kali ini terjadi," kata dia.
Nanang mengatakan total santri SMPIT yang baru masuk dan tinggal di asrama sebanyak 60 orang, terdiri dari 40 santri perempuan dan 20 santri laki-laki. Asrama para santri terpisah antara laki dan perempuan.
Santri perempuan dibagi dalam tiga kamar. Masing masing kamar diisi oleh 12-13 santri. Sisanya ditempatkan di ruangan lain.
Nanang mengatakan kapasitas kamar santri memang tidak memadai dengan jumlah santri yang ada. Namun, kata dia, hal itu hanya bersifat sementara karena sedang dibangun ruangan baru. "Untuk sementara ya apa adanya dulu," kata dia.
Terkait dengan dugaan para santri keracunan limbah pabrik, Nanang mengatakan pihak pesantren menunggu hasil pemeriksaan dan investigasi Pemerintah Kabupaten Tangerang.