TEMPO.CO, Bogor - Kedatangan anggota DPRD Kabupaten Bogor ke tenda pengungsi longsor Sukajaya disambut nyanyian anak-anak Cipugur, Cileksa. Anak-anak tersebut menyanyikan lagu Naik-naik ke Puncak Gunung dengan lirik yang telah diganti.
Lirik asli 'kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara', mereka ganti dengan 'kiri kanan ku lihat longsor di mana-mana.
"Eh malah diganti, emang longsor semua ya," kata tokoh setempat yang juga mantan Ketua DPRD Periode 2014, Ade Rohandi di lokasi pengungsian, Rabu 15 Januari 2020.
Ade mengatakan kedatangan anggota dewan ke Cileksa menjadi suatu dorongan dan semangat bagi korban. DPRD bisa melihat langsung kondisi kampung terisolir tersebut. Warga korban longsor juga bisa langsung menyampaikan aspirasinya kepada para wakil rakyat tersebut. "Terima kasih kepada para dewan, apalagi ini yang hadir pimpinan semua," kata Ade.
Pengungsian di Cipugur diisi korban longsor dari kampung Ranca Nangka. Kampung tersebut hancur tak bersisa. Dari 120 rumah, hanya dua rumah saja yang tak hancur diterjang longsor.
Total pengungsi longsor di sana ada 201 Kepala Keluarga dengan 776 jiwa. Di antara pengungsi terdapat 96 balita dan dua ratusan anak-anak. Mereka menempati 19 tenda yang dibangun sendiri dengan ukuran 3x4 meter di lapangan dan persawahan. Tiap tenda dihuni oleh 3 KK.
Selain tenda, pengsungsi longsor juga menempati SDN 4 Cipugur. "MCK kami baru punya 3, itu pun fasilitas milik mushola Jami' Qosim," kata seorang pengungsi, Ikah, 46 tahun.
Ketua DPRD Kabupaten Bogor Rudy Susmanto menghibur pengungsi longsor Sukajaya agar jangan larut dalam kesedihan serta mengambil hikmah dari bencana itu. DPRD berjanji mencarikan solusi untuk membangunkan rumah dan perkampungan baru bagi korban longsor yang rumahnya hancur. "Namun untuk sementara kita bangunkan dulu untuk hunian sementara, minimal korban tidak berdesakan di pengungsian," ucap Rudi.
M.A MURTADHO