"Iya, saya tidak tahu detail ya, tapi kalau secara samar sih penebangan sisi selatan, pelebaran sisi selatan yang mengenai pohon. Tapi kalo kami di sana, dalam pengambilan keputusan bisa menyarankan bahwa biar aja plaza melebar tapi pohon-pohonnya tetap dipertahankan," ucap Deddy.
Kendati demikian, Deddy menyebut tidak ada kesepakatan arsitek akan dilibatkan dalam pengembangan desain sebelum proyek dimulai. Namun menurutnya kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk melibatkan arsitek pemenang sayembara dalam merumuskan desain jika terjadi modifikasi.
"Jadi mungkin juga harus ada perubahan aturan ketika sayembara dilakukan, dengan secara langsung memang pemenang dilibatkan dalam pengembangan," ujar Deddy.
Sebelumnya, Kemensetneg mengatakan hasil desain pemenang sayembara Monas berbeda dengan detail engineering design (DED) yang menjadi panduan revitalisasi Monas sekarang. Desain pemenang lomba disebut memiliki konsep konservasi terhadap alam.
Kondisi Taman Selatan Monumen Nasional atau Monas saat masa revitalisasi di Jakarta, Senin, 20 Januari 2020. Kawasan yang dulunya terkenal rindang ini kini berubah setelah ratusan pohon ditebang. TEMPO/Subekti.
"Jauh berbeda, pemenang hasil desain pemenang sayembara itu berbeda dengan DED yang menjadi dasar pembangunan sekarang ini," kata Sekretaris Kemensetneg Setya Utama kepada wartawan, Rabu (29/1) malam.
Setya lantas membeberkan contoh perbedaan desain hasil sayembara dengan desain revitalisasi Monas saat ini, salah satunya adanya penggunaan beton hingga memotong pohon-pohon.
"Jauh dari sayembara karena sayembara itu di sana saya masih ingat betul tidak ada kemudian beton membeton, melebar ke kanan kiri sehingga harus mencabut atau memotong pohon-pohon, tidak ada. Jadi memang kan diwajibkan untuk membuat plaza upacara, setiap peserta sayembara diwajibkan untuk membuat itu tetapi dalam desainnya tidak ada kemudian melebar ke kanan kiri, hanya persis yang di-conblock itu," ujar dia.