TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit Jakarta atau MRT Jakarta memastikan operasional perusahaan dan kereta bawah tanah akan berjalan di tengah pandemi Corona. Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, menyatakan perusahaan telah membuat skenario terburuk sembari melakukan efisiensi agar perusahaan dapat bertahan.
"Prinsipnya sampai dengan skenario buruk itu MRTJ masih bisa menunjang operasional perusahaan. Jadi efisiensi dilakukan untuk memastikan operasi kereta bisa terus bertahan ke tahun depan," kata William saat pemaparan kepada awak media secara daring, Rabu, 29 April 2020.
Skenario terburuk yang disiapkan MRT Jakarta, yakni virus Corona masih mewabah di Jakarta selama sembilan bulan atau Maret-November 2020. Selanjutnya, MRT Jakarta memasuki tahap mengembalikan jumlah penumpang kereta Ratangga ke angka normal pada Desember 2020 hingga Maret 2021.
Penumpang kereta MRT merosot hingga ke angka rata-rata 4.134 orang per hari pada April 2020. Normalnya, sekitar 100-110 ribu orang per hari menggunakan kereta MRT sebelum pandemi Corona. Dengan skenario ini, William memperkirakan, kondisi perusahaan akan kembali stabil pada Maret 2021.
Di tengah krisis, MRT Jakarta pun mengambil langkah efisiensi pendanaan. Sebab, pendapatan perusahaan dari penjualan tiket berkurang sekitar 95 persen seiring anjloknya jumlah penumpang kereta.
Pendapatan dari iklan dan sewa ritel (non-fare box) juga berkurang. Belum lagi, William menyebut, subsidi dari pemerintah DKI Jakarta yang mungkin dipangkas.
Langkah efisiensi selanjutnya ialah mengurangi dana pelatihan sumber daya manusia (SDM). Selain itu, anggaran perjalanan dinas dihapus sehingga tidak ada keberangkatan ke luar Jakarta dan luar negeri.
Efisiensi juga berlaku untuk bidang operasi. Menurut William, MRT Jakarta batal mendatangkan simulator pada 2020. Simulator seharga Rp100 miliar berfungsi untuk melatih masinis kereta sehingga tak perlu belajar ke luar negeri. "Nilainya cukup signifikan," ucap dia. "Ada sejumlah program-program lain mungkin tidak mendesak bisa kami tunda ke tahun depan."
Sebagai ganti simulator, MRT Jakarta akan menerapkan pelatihan internal menggunakan kereta eksisting. Dia berujar terdapat beberapa kereta Ratangga yang tidak terpakai selama masa pembatasan sosial atau PSBB Jakarta karena pengurangan jam operasional.
Saat ini perusahaan hanya mengoperasikan tiga kereta dari hari biasa sebanyak 14 kereta. "Latihan harus kami lakukan pada jam-jam di mana kereta tidak beroperasi atau namanya window time, jam 1-5 pagi," ujarnya.
Pandemi Corona berdampak pada operasional dan pendapatan PT MRT Jakarta. Jam operasional kereta telah dibatasi menjadi pukul 06.00-18.00 WIB. Jumlah penumpang di satu kereta pun berkurang menjadi hanya 60 orang.
LANI DIANA