TEMPO.CO, Jakarta - Pasien 01 Covid-19 Sita Tyasutami mengisahkan lagi perjuangannya sembuh dari penyakit itu. Ia mengatakan bisa saja segera sembuh dari sakitnya beberapa hari setelah dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Sebab, waktu itu, hanya tersisa gejala batuk yang ia derita.
Sayang, stres yang dirasakannya membuat imunitas tubuh warga Depok ini kembali menurun. Gejala sakit Covid-19 itupun kembali menghajar tubuhnya.
"Memang dengan stres dan mental breakdown yang terjadi saat itu akhirnya gejala-gejala saya kembali datang," cerita Sita saat diskusi virtual dengan Gugus Tugas Covid-19 di Jakarta, Sabtu, 9 Mei 2020.
Presiden Joko Widodo sebelumnya mengumumkan dua pasien pertama positif Covid-19 di Indonesia pada 2 Maret. Pasien 01 adalah Sita dan pasien 02, sang ibunda. Keduanya dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Sita sembuh pada 13 Maret.
Semangat Sita untuk sembuh kemudian bangkit. Dia sadar merasa tertekan dan depresi hanya akan menurunkan imun tubuhnya. Di dalam ruang isolasi RSPI Sulianti, dia memanfaatkan waktu untuk yoga, menari, menyanyi, dan aktivitas lain yang membuatnya senang.
Begitulah cara Sita meningkatkan imun tubuh. Di sisi lain, keluarga dan kerabat setiap hari menghubunginya melalui video Whatsapp. Mereka memberikan dukungan yang memicu Sita berpikiran positif dan semangat hidup.
"Lama-lama gejala hilang , imune system saya naik, akhirnya saya bisa sembuh," ucap dia.
Ada satu lagi cara dia menjauh dari stres. Sita memutuskan tak membaca media sosial dan berita. Domisilinya yang terbongkar di publik justru membanjiri kotak pesan atau direct message Instagram-nya. Menurut dia, banyak orang-orang yang tak dikenal seperti media massa menghubunginya.
Di awal, pelatih tari ini masih kukuh membuka seluruh pesan netizen dan menyalakan televisi 24 jam di ruang isolasi. Lambat laun, dia stres. Tekanan, dia berujar, datang dari eksternal juga internal. Di titik itu Sita tak lagi membuka sosial media ataupun pemberitaan.
"Waktu itu sempat ada 5-6 harian yang saya tidak buka karena saya stres. Jadi menghindari stres itu," tuturnya.
Setelah sembuh, Sita mencoba mengambil sisi positif. Dukungan keluarga pun mendorongnya untuk melakukan kampanye guna mengurangi kepanikan masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Dia kembali aktif bermedia sosial sekaligus bertekad menebarkan kabar positif kepada keluarga dan warga Indonesia.
"Karena saat itu kepanikan itu banyak sekali," ujarnya.
Sita tertular virus corona ketika tengah berdansa dengan seorang warga Jepang di Jakarta. Pasien 02 bernama Maria Darmaningsih adalah ibunya. Sementara pasien 03, Ratri Anindyajati, kakak Sita.