TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkap penyebab tingginya angka penularan kasus pada pekan pertama PSBB transisi menuju new normal atau kenormalan baru. Menurut Anies, tingginya angka kasus pada pekan pertama merupakan hasil dari kejadian 10-14 hari lalu.
"Peristiwa yang terjadi hari ini baru terbaca datanya nanti 10 hari yang akan datang," kata Anies usai meninjau persiapan pembukaan kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Sabtu, 13 Juni 2020.
Menurut dia, melihat data epidemiologi atau penambahan kasus orang yang terpapar virus tidak seperti memantau tinggi permukaan air yang bisa berubah setiap waktu. Menurut Anies, data yang terjadi hari ini merupakan peristiwa atau kejadian pada dua pekan lalu.
"Kalau data yang sekarang nanti kita pantau setelah jalan dua pekan. Baru datanya kami miliki lengkap," ujarnya.
Ia menuturkan pembacaan data epidemiologi tersebut yang menjadi dasar pemerintah Provinsi DKI memulai masa transisi pada 5 Juni 2020 lalu. Penerapan masa transisi tersebut diambil setelah mengkaji data epidemiologi selama dua bulan. "Dari situ kita kemudian kita lihat trennya. Jadi bukan hanya peristiwa harian."
Selain itu, ia berujar tingginya data kasus baru pada fase pertama masa transisi juga disebabkan semakin banyak warga yang diperiksa. Kenaikan, kata dia, bukan semata-mata ada peningkatan wabah.
Pagebluk corona memang belum hilang dari DKI, bahkan dunia. Sehingga, kata dia, pemerintah harus memperbanyak melakukan pemeriksaan kepada warga untuk mendeteksi kasus. "Jadi jangan sampai malah begini kurangin tesnya supaya angkanya kecil itu gak boleh bahaya sekali. Kurvanya akan turun tapi tesnya kita kurangin, itu jangan."