TEMPO.CO, Jakarta - Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Selatan memberlakukan protokol kesehatan ketat bagi relawan penyemprotan disinfektan (disinfeksi) di wilayah terpapar Covid-19.
"Kondisi sekarang rawan, banyak wilayah terpapar yang kita semprot dan kita tidak tahu siapa saja yang OTG (orang tanpa gejala), kita tidak ingin kejadian seperti PMI Jaktim yang ditutup karena ada relawan yang terpapar," kata Humas PMI Jakarta Selatan Dedet Haryadi di Jakarta, Jumat 4 September 2020.
Dedet mengatakan pada masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) hanya PMI yang masih diberi amanat oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan untuk melakukan disinfeksi.
Penyemprotan disinfektan dilakukan di kantor pemerintahan seperti kelurahan, kecamatan, fasilitas umum, yakni masjid, sekolah dan pasar, serta permukiman warga.
"Kalau sekarang durasi penyemprotan memang tidak sebanyak masa sebelum adaptasi, yang biasanya satu hari bisa delapan lokasi, sekarang cuma empat lokasi," kata Dedet.
Untuk penyemprotan disinfektan selama masa adaptasi kebiasaan baru atau new normal, PMI menerapkan standar operasional prosedur atau SOP, dan protokol kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan untuk tenaga relawan. Setiap tiga pekan sekali dilakukan tes cepat atau rapid test terhadap relawan.
Kendaraan operasional disinfeksi yang biasanya setelah penyemprotan boleh langsung masuk markas, kini wajib disemprot dulu sebelum masuk ke dalam markas.
"Jadi benar-benar ketat kita berlakukan protokol kesehatan, kita terapkan K3, yakni keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja," kata Dedet.
Selama masa adaptasi kebiasaan baru, jumlah tim disinfeksi dikurangi dari delapan menjadi satu tim.
Satu tim berjumlah tujuh relawan melakukan penyemprotan disinfektan atas permintaan aparat wilayah dan masyarakat. Sepekan penyemprotan biasanya dilaksanakan tiga kali.
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, DKI Sterilisasi Balai Kota Setiap Akhir Pekan
"Untuk saat ini permintaan disinfeksi tidak terlalu meningkat, karena masyarakat di tingkat RW sudah punya peralatan sendiri untuk disinfeksi," kata Dedet.
Penyemprotan disinfektan telah dilakukan oleh PMI sejak 15 Maret 2020 hingga kini. Selama masa adaptasi kebiasan baru, total wilayah yang sudah disemprot sebanyak 549 titik lokasi.
Melihat angka kasus Covid-19 yang terus meningkat sementara penyemprotan disinfektan gencar dilakukan, menimbulkan pertanyaan seberapa efektif diisnfeksi dilakukan.
Menurut Dedet, walau secara klinis belum dipastikan seberapa efektifnya pengaruh disinfeksi dalam mencegah penularan COVID-19, secara psikis disinfeksi memberikan rasa aman bagi warga.
"Intinya warga ketika ada kasus positif di wilayahnya, begitu dilakukan disinfeksi mereka merasa tenang dan aman," kata Dedet.
Humas PMI Jakarta Selatan mengatakan, walau disinfeksi dilakukan hingga 100 kali, virus Covid-19 akan terus menyebar apabila masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. "Kuncinya sih protokol kesehatan," kata Dedet.