TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan baru separuh warga Jakarta yang diam di rumah pada masa PSBB Jilid 2. Angka itu masih kurang efektif untuk menurunkan penularan Covid-19 di Ibu Kota.
"Saat ini masih sekitar 50 persen penduduk diam di rumah saja," ujar Anies dalam keterangan tertulisnya, Kamis 24 September 2020.
Padahal, berdasarkan perhitungan Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat UI diperlukan minimal 60 persen penduduk tetap di rumah saja agar angka penularan kasus Covid-19 melandai dan mulai berkurang.
Menurut Anies Baswedan, pergerakan penduduk sangat berpengaruh pada peningkatan penularan virus, semakin tinggi pergerakan penduduk maka semakin tinggi jumlah penularan virus.
Bersamaan dengan penerapan PSBB, jumlah warga Jakarta yang memilih tetap tinggal di rumah dan tidak berpergian mulai meningkat. Hal ini kemudian berdampak dengan jumlah penambahan kasus Covid-19 yang mulai melandai.
"Pelandaian yang mulai tampak belakangan ini juga seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang tetap berada di rumah saja," katanya.
Baca juga: Anies Baswedan Perpanjang PSBB Ketat hingga 11 Oktober 2020
Anies menyebutkan pada 12 hari pertama bulan September, pertambahan kasus aktif Covid-19 tercatat 49 persen atau 3.864 kasus. Sejak PSBB, yakni 12 hari berikutnya, penambahan jumlah kasus aktif masih terjadi, namun berkurang menjadi 12 persen atau 1.453 kasus.
Pelandaian pertambahan kasus positif harian sejak pengetatan PSBB juga tampak pada grafik kasus onset berdasarkan dengan tanggal penularan dan pada nilai Rt atau reproduksi virus. Pada awal September, nilai Rt Jakarta adalah 1,14 dan saat ini berkurang menjadi 1,10. Artinya, 100 orang berpotensi menularkan virus kepada 110 orang lainnya.
"Pelandaian grafik kasus aktif bukanlah tujuan akhir. Kita masih harus terus bekerja bersama untuk memutus mata rantai penularan. Pemerintah terus tingkatkan 3T dan warga perlu berada di rumah dulu, hanya bepergian bila perlu sekali dan terapkan 3M," katanya.
Anies Baswedan menyatakan penambahan kasus positif Covid-19 masih terjadi dan harus ditekan dengan memberlakukan PSBB ketat dan testing yang masif. Jika tidak menurut dia, pertambahan kasus harian di Jakarta diprediksi akan mencapai 2.000 per hari pada pertengahan Oktober.