Dia mengaku, penyebabnya teknis. “Ternyata servernya di pemerintah pusat itu sering ada kendala. Jadi sudah di input lama-lama, banyak tertolak oleh si servernya, kembal lagi ke data yang sebelumnya. Sehingga data yang tadi harusnya masuk, ditunda lagi di hari-hari berikutnya. Nah peristiwa inilah yang membuat datanya itu jadi agak kurang ilmiah, karena menganalisa minggu ini Jawa Barat heboh, padahal setengahnya kasus-kasus di minggu-minggu sebelumnya,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, di sisi tingkat keterisian rawat inap pasien Covid-19 justru lampu kuning. “Dari sisi keterisian rumah sakit, juga sudah lampu kuning,” kata dia.
Ridwan Kamil mengatakan, tingkat keterisian rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19 di Jawa Barat sudah mendekati 60 persen, mendekati standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang mematok tingkat keterisian sebesar 60 persen untuk menjadi peringatan bagi pemerintah agar menambah kapasitas ruang rawat inapnya.
“Kita sudah berada, keterisian secara umum, baik ruang isolasi, IGD, dan lain-lain itu di 56 persen. Jadi standar WHO itu kurang lebih 60 persen. Kita sudah secara umum mendekat. Jadi ini menjadi perhatian kita di minggu ini,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, di Jawa Barat juga muncul klaster baru. “Sekarang di Jawa Barat ada klaster pesantren di Kuningan. Minggu ini kita akan melakukan pengetesan massal sesuai pola,” kata dia.
Ridwan Kamil tidak merinci klaster pesantren di Kuningan. Kendati demikian, klaster pesantren tersebut terjadi pada pesantren yang santrinya tidak bermukim di pondok. “Di Kuningan sudah dilakukan namanya PSBM, mikro, yaitu pembatasan di desa, dan kecamatan, atau pesantrennya. Mengindikasikan itulah pola Jawa Barat yang akan terus kita lakukan,” kata dia.