TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi mengatakan, sampah menjadi salah satu penyebab kerusakan pompa air di Ibu Kota. Menurut dia, sampah yang mengalir dari hulu bakal menyumbat di sistem rumah pompa. Ketika air tersumbat, pompa lamban laun rusak karena terbakar. Padahal, mesin pompa terus dioperasikan untuk menyedot air demi mengantisipasi banjir.
"Saya melihat masalah pompa sebagian besar karena sampah yang menyebabkan seperti efek bendung. Karena efek bendung jadinya si pompa jalan, tapi airnya tidak ada," kata Dudi saat dihubungi, Rabu, 7 Oktober 2020.
Faktor lain yang menyebabkan kerusakan pompa air, yakni jaringan listrik adalah saringan sampah yang rusak. Sedangkan jaringan listrik antara travo, genset, dan lainnya saling berkaitan.
Menurut Dudi, 10 persen pompa stasioner di Jakarta masih rusak. Namun, kerusakan bukan karena banjir semata. Pompa terus dinyalakan meski tak ada banjir untuk menyedot limpahan air, misalnya dari kali.
Dudi mengakui bahwa beberapa pompa memang membutuhkan pemeliharaan rutin. "Itu kami hitung sebagai yang tidak bisa beroperasi karena dalam perbaikan walaupun sebenarnya cuma pemeliharaan rutin."
Pompa air yang telah tua juga terkadang rusak ketika akan dioperasikan. "Setiap ada kejadian kerusakan kami berupaya memperbaikinya."
Hujan mulai mengguyur Jakarta dan daerah sekitarnya belakangan ini. Beberapa kali ketika hujan deras turun, sejumlah titik tergenang air bahkan banjir. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun menerbitkan Instruksi Gubernur DKI Jakarta nomor 52 tahun 2020 tentang Percepatan Peningkatan Sistem Pengendalian Banjir di Era Perubahan Iklim.