Petugas pengamanan, kata dia, mengambil tas Emawati karena dia juga mengancam hendak membakar Blok G Balai Kota DKI itu. Setelah tas diperiksa, polisi dan anggota TNI menemui bensin di dalam botol air mineral dan kertas karton yang digulung.
"Bensin dan kertas itu yang diduga untuk membakar gedung. Sebab ancamannya itu," ujarnya.
Tak terima, kata dia, setelah dibebaskan wanita tersebut justru melaporkan anggota TNI Serka Saryoko yang membantu menenangkannya di Balai Kota ke Polisi Militer.
Akibatnya, kemarin sore banyak Propam TNI datang untuk memeriksa laporan Emawati di Balai Kota DKI. "Kami yang jelaskan bahwa laporan itu tidak benar. Dan kami yang balik melaporkan dia ke polisi karena dia juga melaporkan."
Baca juga: Wanita Paruh Baya Diduga Ingin Bakar Gedung Balai Kota DKI
Biro Umum, kata Budi, awalnya tidak ingin melanjutkan perkara tersebut karena melihat kondisi Emawati yang tidak stabil. Ia menduga wanita itu mengalami gangguan kejiwaan karena bahasa yang digunakan tidak beraturan.
Bahkan surat yang dibawa wanita yang hendak bakar Balai Kota DKI itu ke Biro Umum sangat berantakan dan sulit dipahami. "Dalam satu kalimat dia menulis dari yang berwenang Ibu Negara RI Emawati. Dia juga mengaku sebagai presiden dan wakilnya Rhoma Irama. Ada juga surat ditujukan ke Pimpinan Kapolsek Cawang Otista Jatinegara," ucapnya. "Bahasanya aneh."